LAPORAN PRAKTIKUM
AGRONOMI TANAMAN PERKEBUNAN I
TANAMAN KELAPA SAWIT
( Elaeis guineensis Jacq ) DAN
TANAMAN KARET (Hevea brassiliensis)
FIRMAN SYAH
124110193
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
ISLAM RIAU
PEKANBARU
2014
AGRONOMI TANAMAN PERKEBUNAN I
TANAMAN KELAPA SAWIT
( Elaeis guineensis Jacq )
OLEH
:
FIRMAN SYAH
114210020
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
ISLAM RIAU
PEKANBARU
2014
AGRONOMI TANAMAN PERKEBUNAN I
TANAMAN KELAPA SAWIT
( Elaeis guineensis Jacq )
OLEH :
NAMA : FIRMAN
SYAH
NPM : 124110193
PROGRAM STUDI : AGROTEKNOLOGI
MENYETUJUI
Dosen
Pengasuh Asisten
Dosen
( Ir.Ernita,MP )
(
Nur Samsul Setiawan,SP )
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita ucapkan atas
kahadirat sang khaliq, Allah SWT atas limpahan rahmat dan ridho – Nya penulis
dapat menyelesaikan penulisan laporan praktikum Dasar-Dasar Agronomi Tanaman Perkebunan 1
kelapa sawit, tepat pada waktunya.
Penulis juga mengucapkan terimakasih
pada Ir. Hercules Gultom,MP selaku dosen pengasuh dan Kakanda Nur samsul setiawan,SP selaku
asisesten dosen yang telah memberikan bantuan, arahan, dan dorongan kepada
penulis untuk menyelesaikan dan penulisan laporan pratikum ini, dan tak lupa
pula penulis ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak termasuk Fakultas
Pertanian yang telah menyediakan sarana dan prasarana serta teman-teman yang ikut membantu penulisan laporan
pratikum ini.
Penulis sudah berusaha semaksimal mungkin
untuk menyempurnakan penulisan laporan pratikum ini. Tapi mungkin terdapat
beberapa kekurangan dan kelemahannya, untuk itu penulis mengharapkan kritik
maupun saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan laporan
pratikum ini.
Pekanbaru,06 Juni 2014
Penulis,
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ iii
I.
PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Tujuan Pratikum............................................................................................. 2
II. TINJAUAN
PUSTAKA..................................................................................... 3
III. BAHAN DAN METODA.................................................................................. 9
A. Waktu dan Tempat........................................................................................ 9
B. Alat dan Bahan.............................................................................................. 9
C. Pelaksanaa...................................................................................................... 9
IV. HASIL
DAN PEMBAHASAN.......................................................................... 10
V. PENUTUP......................................................................................................... 16
A. Kesimpulan.................................................................................................... 16
B. Saran.............................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 17
LAMPIRAN.............................................................................................................. 18
DAFTAR
LAMPIRAN
Lampiran Halaman
I. Jadwal Pratikum..................................................................................................... 18
II.
Dokumentasi......................................................................................................... 19

KELAPA
SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)
I.
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat toleran terhadap kondisi
lingkungan yang kurang baik. Namun untuk menghasilkan pertumbuhan yang sehat
dan jagur serta menghasilkan produksi yang tinggi memerlukan persyaratan
tumbuh. Tanaman kelapa sawit mulai berbunga pada umur 12 - 14 bulan dan panen
yang secara ekonomis adalah pada saat tanaman berumur 2,5 tahun.
Program
pengembangan dan pembangunan perkebunan kelapa sawit dengan pola kemitraan
sangat menguntungkan bagi berbagai aspek, baik ekonomi, social, maupun
lingkungan.Ditinjau dari aspek ekonomi, perkebunan kelapa sawit dapat mendukung
industry dalam negeri berbasis produk berbahan dasar kelapa sawit. Selain itu
dengan terbangunnya banyak sentra ekonomi di wilayah baru akan mendukung
pembangunan ekonomi regional. Ditinjau dari aspek social, terjadinya penyerapan
tenaga kerja dalam jumlah besar dan memperkecil kesenjangan pendapatan petani dengan
pengusaha perkebunan.
Dari aspek
lingkungan, adanya pengembangan dan pembanggunan perkebunan kelapa sawit
dilahan yang telah lama terbuka dan tidak produktif akan merehabilitasi lahan
kritis dan marginal dalam skala yang luas. Selain itu, terbangunnya perkebunan
yang luas akan menambah ketersediaan oksigen serta sekaligus menyerap karbon.
Perkebunan kelapa sawit yang luas juga
dapat mendukug fungsi hidroorologis, yaitu kemampuan untuk menyerap air pada
musim hujan serta melepasnya secara bertahap pada musim kemarau.
Ekspor minyak ( CPO )
dan minyak ( PKO )masing – masing 576 ton dan 850 ton ( dari tahun 1919 hingga
1923 ) pada masa ini, permintaan minyak sawit di pasaran dunia memang sedang
meningkat sejalan dengan makin berkembangnya industry di Eropa, beberapa
prestasi bagus memang kemudian diraih oleh perkebunan besar kelapa sawit.
Areal
perkebunan kelapa sawit di Indonesia bertambah luas ( pada tahun 1916 seluas
1.272 ha, sedangkan tahun 1938 bertambah luas menjadi 92.307 ha ), lalu banyak
didirikan pabrik pengolahan kelapa sawit yang modern dan balai – balai
penelitian kelapa sawit, sehingga teknis budidaya dan managemen perkebunan
bukan lagi suatu masalah, namun perkebunan kelapa sawit pernah mengalami
perhentian produksi, pada masa pendudukan jepang di Indonesia, karena jepang
lebih mengutamakan tanaman pangan dari pada tanaman industri, untuk kebutuhan
logistik perang, selama masa pendudukan jepang di Indonesia, kelapa sawit
kehilangan 16% dari lahan perkebunannya.
B. Tujuan
1.
Tujuan dari praktek Agronomi Tanaman
Perkebunan adalah agar mahasiswa mengerti dan memahami cara-cara membudidayakan
tanaman sawit Khsusunya dalam bidang perkebunan.
2.
Tujuan lain adalah menambah pengalaman
untuk mahasiswa untuk kedepanya. Agar mudah jika kedepannya mahasiswa bekerja
di perusahaan perkebunan baik perkebunan Karet maupun perkebunan kelapa sawit.

Asal tanaman kelapa
sawit (Elaeis giuneensis jack.) secara pasti belum bisa diketahui. Namun, ada
dugaan kuat tanaman ini berasal dari dua tempat, yaitu Amerika Selatan dan Afrika
(Guenia). Spesies Elaeis melanococca atau Elaeis oleivera diduga berasal dari
Amerika Selatan dan spesies Elaeis guineensis berasal dari Afrika (Guenia,1997
)
Kelapa sawit adalah
tanaman penghasil minyak nabati yang dapat diandalkan, karena minyak nabati
merupakan produk utama yang bisa dihasilkan dari kelapa sawit. Potensi
produksinya per hektar mencapai 6 ton per tahun, bahkan lebih. Jika
dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak lainnya (4,5 ton per tahun),
tingkat produksi ini termasuk tinggi.( antonim ,1998 )
Minyak nabati yang
dihasilkan dai pengolahan buah kelapa sawit berupa minyak sawit mentah (CPO
atau crude palm oil) yang berwarna kuning dan minyak inti sawit (PKO atau palm
kernel oil) yang tidak berwarna (jernih). CPO atau PKO banyak digunakan sebagai
bahan industri pangan (minyak goreng dan margarin), industri sabun, baja,
tekstil, kosmetik, dan sebagai bahan bakar
alternatif
(suyitno
, 1995).
Komoditi perkebunan memiliki peranan yang
nyata dalam memajukan perekonomian dan pertanian di Indonesia. Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan meningkatnya taraf hidup petani, menciptakan lapangan kerja,
dan meningkatkan devisa negara. Salah satu komoditas perkebunan penting di
Indonesia adalah kelapa sawit. Kelapa sawit merupakan primadona ekspor non
migas, oleh karena itu komoditi ini selalu menjadi pilihan banyak pengusaha
untuk menanamkan modalnya.Perkebunan kelapa sawit di Indonesia dimulai sejak
tahun 1911 di Sumatra Utara.
Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit
mengalami banyak kemajuan sampai dengan pecahnya perang pasifik pada tahun
1940. Kemajuan perkebunan kelapa sawit ini didukung oleh lembaga-lembaga
penelitian yang telah berdiri sampai dengan sekarang ini.
Ke1apa sawit bukan tanaman asli Indonesia
namun saat ini kelapa sawit menjadi salah satu sumber daya pangan, pemasok
kebutuhan minyak nabati nasional menggantikan ke1apa (Cocos nucifera). Di
Indonesia minyak kelapa sawit mentah mulai dipergunakan sebagai bahan minyak
goreng pada tahun 1980 ketika terjadi kelangkaan minyak goreng.
Produk utama kelapa sawit yang dimanfaatkan
adalah tandan buahnya yang menghasilkan minyak dari daging buah dan kernel
(inti sawit). Industri olahan minyak kelapa sawit dapat digolongkan menjadi 2
macam, yaitu dalam industri pangan (misalnya pembuatan minyak goreng, lemak
pangan, margarin, kue, es krim, dan permen) dan dalam industri non pangan
(misalnya pembuatan sabun, detergen, dan surfaktan, pelunak, pelapis, ramuan
komponen karet, pelumas, dan kosmetik.
Pada saat ini telah dikenal beberapa varietas unggul kelapa sawit yang dianjurkan untuk ditanam di perkebunan. Varietas-barietas unggul tersebut dihasilkan melalui hibridisasi atau persilangan buatan antara varietas Dura sebagai induk betina dengan varietas Pisifera sebagai induk jantan. Terbukti dari hasil pengujian yang dilakukan selama bertahun-tahun, bahwa varietas-varietas tersebut mempunyai kualitas yang lebih baik dibandingkan varietas lainnya.
Pada saat ini telah dikenal beberapa varietas unggul kelapa sawit yang dianjurkan untuk ditanam di perkebunan. Varietas-barietas unggul tersebut dihasilkan melalui hibridisasi atau persilangan buatan antara varietas Dura sebagai induk betina dengan varietas Pisifera sebagai induk jantan. Terbukti dari hasil pengujian yang dilakukan selama bertahun-tahun, bahwa varietas-varietas tersebut mempunyai kualitas yang lebih baik dibandingkan varietas lainnya.
PT. Sampoerna Agro Tbk. merupakan salah satu
perusahaan yang bergerak dalam industri kelapa sawit. Pelaksanaan pembudidayaan
yang telah bertahun-tahun ini membuat perusahaan telah berpengalaman dalam
pengembangan, pendekatan sosial dan lingkungan. Selain itu, luas areal yang
dimiliki oleh perusahaan tersebut membuktikan bahwa perusahaan tersebut terus berkembang
seiring dengan waktu Tanaman kelapa sawit berasal dari Guinea (pantai barat
Afrika). Tanaman kelapa sawit (Elaies guineensis Jacq) termasuk anggota famili
Palmae yang merupakan golongan tanaman keras penghasil minyak nabati.
Berdasarkan taksonominya, tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam divisi
Tracheophita, kelas Angiospermeae, subkelas Monocotyledoneae, ordo Cocoideae,
famili Palmae, subfamili Elaeis, spesies Elaies guineensis Jacq.
Kelapa sawit termasuk tanaman berumah satu
(monocious) yaitu tanaman yang memiliki bunga jantan dan bunga betina dalam
satu tanaman. Kedua jenis bunga tersebut keluar dari ketiak pelepah daun dan
berkembang secara terpisah. Bunga dapat menyerbuk sendiri maupun menyerbuk
bersilang. Tanaman kelapa sawit dapat dibagi menjadi bagian vegetatif dan
generatif. Bagian vegetatif terdiri atas akar, batang, dan daun, sedangkan
bagian generatif yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan adalah bunga dan
buah.
Deli Dura merupakan induk bagi sebagian
besar tanaman kelapa sawit komersial yang saat ini ditanam di dunia. Material
genetik lain yang dimiliki PPKS merupakan hasil introduksi dari Afrika maupun
Amerika Selatan. Salah satu material yang diintroduksi dari Zaire adalah
Tenera/Pisifera Binga, dilakukan pada 1987 oleh Balai Penelitian Perkebunan
Medan. Material ini akan menjadi fokus penelitian pada 2006 untuk tujuan
karakterisasi dan eksploitasi, mengingat mempunyai prospek dan potensi untuk
dikembangkan terutama dari karakter kandungan minyak yang tinggi dan
pertumbuhan meninggi yang lambat.
Kegiatan karakterisasi mengacu pada
Descriptor for Oil Palm. Karakter yang diamati adalah seluruh bagian tanaman
yang dapat diidentifikasi sebagai pembeda dengan tanaman kelapa sawit lain.
Pembeda yang dimaksud harus mengacu pada kebaruan, keunikan, keseragaman, dan
kestabilan suatu varietas. Hal ini merupakan standar yang ditetapkan oleh
Kantor Pusat PVT Jakarta untuk pengajuan koleksi yang akan dilindungi,
sedangkan keragaan hasil silang balik antara Elaeis oleifera dan Elaeis
guineensis antara lain laju pertumbuhan meninggi yang lambat pada beberapa
persilangan yang terbaik, yaitu berkisar antara 30-40 cm/thn, kemudian
memiliki karakter tajuk kecil sehingga dapat ditanam dengan densitas tinggi per
hektar, memiliki kualitas minyak yang cukup baik jika ditinjau dari kandungan
oleat, asam lemak tidak jenuh, beta karoten yang lebih tinggi dibandingkan
Elaeis guineensis, dan apabila ditinjau dari hasil analisis pada satu populasi
silang balik generasi pertama maka dapat ditemukan rerata kandungan beta karoten
lebih tinggi dari 1000 ppm, bahkan nilai tertinggi dapat mencapai 2118.63 ppm
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik pada daerah tropikal basah di sekitar lintang utara-selatan 12° pada ketinggian 0-500 m di atas permukaan laut. Jumlah curah hujan yang baik adalah 2000-2500 mm/tahun, tidak memiliki defisit air, suhu optimal adalah 24-28° C dengan suhu minimum 18°C dan maksimal 32°C, kelembaban udara 80%, penyinaran matahari 5-7 jam/hari dan kecepatan angin 5-6 km/jam. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu (HK), regosol, andosol, organosol dan alluvial. Sifat fisik tanah yang baik untuk kelapa sawit yaitu memiliki solum setebal 80 cm, tekstur ringan, memiliki pasir 20-60%, debu 10-40%, dan liat 20-50%, kemudian memiliki perkembangan struktur baik, konsistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang, pH tanah sekitar 5-5½, dan memiliki kandungan unsur hara dalam tanah yang tinggi.
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik pada daerah tropikal basah di sekitar lintang utara-selatan 12° pada ketinggian 0-500 m di atas permukaan laut. Jumlah curah hujan yang baik adalah 2000-2500 mm/tahun, tidak memiliki defisit air, suhu optimal adalah 24-28° C dengan suhu minimum 18°C dan maksimal 32°C, kelembaban udara 80%, penyinaran matahari 5-7 jam/hari dan kecepatan angin 5-6 km/jam. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu (HK), regosol, andosol, organosol dan alluvial. Sifat fisik tanah yang baik untuk kelapa sawit yaitu memiliki solum setebal 80 cm, tekstur ringan, memiliki pasir 20-60%, debu 10-40%, dan liat 20-50%, kemudian memiliki perkembangan struktur baik, konsistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang, pH tanah sekitar 5-5½, dan memiliki kandungan unsur hara dalam tanah yang tinggi.
Benih kelapa sawit mengalami dormansi
(keadaan sementara istirahat tanaman) yang cukup panjang. Diperlukan aerasi
yang baik dan temperatur yang tinggi (400 C selama 80 hari) untuk memutuskan
masa dormansi agar bibit dapat berkecambah. Pada proses perkecambahan
diperlukan kelembaaban 60-80 % dengan temperatur 35 oC. Curah hujan tahunan
1.500-4.000 mm, optimal 2.000-3.000 mm/tahun. Kelapa sawit tumbuh baik pada
tanah dengan struktur gembur atau remah yang cukup tebal lapisannya dan banyak
mengandung humus dan mineral. Permukaan air tanah harus cukup dalam, sebab
perakaran kelapa sawit tidak berkembang baik pada air tanah yang dangkal.
Pengolahan tandan buah segar sampai
diperoleh minyak sawit kasar (Crude Palm Oil, CPO) dan inti sawit dilaksanakan
melalui proses yang cukup panjang. Secara ringkas urutan pengolahan kelapa
sawit yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a)
Pengangkutan buah dari kebun ke
pabrik
b)
Perebusan buah (sterilisasi)
c)
Pelepasan buah (stripping) dari
tandan dan pelumatan (digesting)
d)
Pengeluaran minyak (ekstraksi)
e)
Pemurnian dan penjernihan
minyak (klarifikasi)
f)
Pemisahan biji dari sisa-sisa
daging buah
g)
Pengeringan dan pemecahan biji
h)
Pemisahan inti dari cangkang
Pembibitan kelapa sawit biasanya memerlukan
waktu selama 12 bulan sampai siap ditanam ke lapangan, yang terdiri dari 2
tahap yaitu 3 bulan pembibitan awal (pre-nursery) dan 9 bulan pembibitan utama
(main-nursery) kemudian pembibitan
dilakukan pemupukan dengan dosis yang ditentukan. (Siregar
dan Purba,1992).
Panen dan pengolahan hasil merupakan
rangkaian terakhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit. Kegiatan ini memerlukan
teknik tersendiri untuk mendapatkan hasil yang berkualitas. Hasil panen utama
dari tanaman kelapa sawit adalah buah kelapa sawit, sedangkan hasil pengolahan
buah adalah minyak sawit. Proses pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi
pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondolan, dan mengangkutnya
dari pohon ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta ke pabrik. Pelaksanaan
pemanenan perlu memperhatikan beberapa kriteria tertentu sebab tujuan panen
kelapa sawit adalah untuk mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dengan
kualitas minyak yang baik. Kriteria panen yang perlu diperhatikan adalah matang
panen, cara panen, alat panen, rotasi dan system panen, serta mutu panen.

A. Waktu dan tempat
Praktikum Agronomi Tanaman Perkebunan ini dilaksanakan bertempatan di PTPN V PKS sungai
pagar Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Sedangkan untuk praktek persemaian
dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas pertanian Universitas Islam Riau
tepatnya dilahan sawit.
Praktikum teknologi pasca panen dilaksanakan
pada tanggal 24 April 2014, mulai dari jam 08’00 WIB berangkat dari Fakultas
pertanian Universitas Islam Riau dan sampai dilokasi pada pukul 09’30 WIB lalu
langsung dimulai proses praktikum dengan dibimbing oleh perwakilan dari PKS
PTPN V Sei,Pagar.sedangkan waktu untuk persemaiannya sawit tanggal 7 juni 2014
jam 13.00-14.30.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktek
ini adalah
Ø Cangkul
Ø Polybag
Ø Pisau
Ø Kayu
alas pembuka kulit biji sawit
Sedangkan bahan yang digunakan adalah :
Ø Biji
sawit
C.
Pelaksanaan Pratikum
1. Persiapan tempat
Sebelum dilaksanakannya praktikum
untuk persemaian,lahan pertanian universitas islam riau sebagai tempat
melaksanakan praktikum pertama sekali polybag yang diisi tanah sebagai media
untuk tanam 27 polybag,
2.
Pembibitan
Biji sawit yang sudah dikupas dari
serabut langsung ditanam didalam polybag
dengan cara pada biji sawit terdapat mata sawit yang arah penanamannya mata
mengarah keatas.
3. Penanaman.
Penanaman di lakukan dengan cara pada
biji sawit terdapat mata sawit yang arah penanamannya mata mengarah keatas.

A. Pre nursery ( Pembijian )
1. Alat
dan Bahan
Alat yang di gunakan dalam praktek ini
antara lain
Ø Pisau
Ø Polibag
yang sudah berisi tanah
Bahan yang di pakai adalah:
Ø Biji
kelapa sawit
2. Pelaksanaan
Sediakan polybag
sebanyak 27 dan 27 buah sawit, lalu kupas lapisan luarnya dengan menggunakan
pisau sampai biji dalamnya tampak. Langsung letakan kedalam polybag yang telah
bersisi tanah.
Secara tepat tindakan perlakuan biji
adalah :
Ø Sediakan
biji kelapa sawit yang masih bagus.
Ø Lalu
kupas sampai bersih.
Ø Umur
kecembah selama enam bulan.
B. Pembahasan di PTPN V Sei.Pagar
Sasaran
pembibitan adalah menyediakan bibit kelapa sawit yang superior dan siap di
tanam di perkebunan.Selain itu, kegiatan ini memastikan ketersediaan bibit
dalam jumlah yang cukup, berkualitas dan tepat waktu dengan biaya yang
rasional.Kondisi bibit yang superior, baik secara genetic maupun fenotipe,
merupakan satu jaminan untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi.
Metode
pembibitan kelapa sawit biasanya menggunakan polybag nursery (bibit ditempatkan
dalam polibag).
1. Bahan Tanam
Bahan tanam
merupakan faktor penentu keberhasilan
pembibitan dan pembangunan kebun secara keseluruhan. Bahan tanam adalah
benih kelapa sawit unggul.Calon bibit harus dihasilkan dan dikecambahkan oleh lembaga
resmi yang ditunjuk oleh pemerintah.
2. Pembibitan Awal
Pembibitan
awal (pre nursery) merupakan tempat kecambah kelapa sawit (germinated seeds) di
tanam dan di pelihara hingga umur tiga bulan.Selanjutnya, bibit tersebut
dipindahkan ke pembibitan utama (main nursery). Pembibitan pre nursery
dilakukan selama 2-3 bulan, sedangkan pembibitan pada main nursery selama 10-12 bulan. Bibit akan
siap ditanam pada umur 12-14 bulan (3 bulan di pre nursery dan 9-11 bulan di
main nursery).
Kegiatan-kegiatan pre nursery
meliputi:
Ø Pemilihan lokasi yang sesuai persyaratan
Ø Pemesanan kecambah
Ø Penyiapan babybag
Ø Penanaman kecambah
Ø Pembuatan naungan
Ø Penyiraman dan penyiangan
Ø Pemupukan
Ø Proteksi dan seleksi
Ø Pengangkutan bibit
Kegiatan-kegiatan main nursery
meliputi:
Ø Penentuan lokasi
Ø Pembuatan lay out dan pancang
Ø Pembuatan jaringan irigasi
Ø Penyiapan polybag
Ø Penanaman
Ø Penyiraman dan penyiangan
Ø Pemupukan
Ø Pengendalian hama dan penyakit
Ø Penyeleksian
Ø Pengangkutan bibit
D. Persiapan lahan dan penanaman kelapa sawit
1. Persiapan Lahan
Adapun hal-hal yang dilakukan
dalam persiapan lahan adalah:
a. Menentukan jenis lahan
b. Menentukan system
pembukaan lahan
c. Menentukan tahapan
pembukaan lahan
d. Melakukan konservasi lahan
e. Membuat manajemen
waktu
2. Penanaman
Adapun hal-hal yang berkaitan
dengan penanaman adalah:
a. Pembuatan ajir (tiang pancang)
b. Pembuatan lobang tanam
c. Penanaman bibit kelapa
sawit
d. Penanaman tanaman
penutup tanah (kacang-kacangan)
E.
Pemiliharaan kelapa sawit
1. Tanaman Belum
Menghasilkan (TBM)
Adapun hal-hal yang perlu
dikerjakan dalam pemeliharaan tanaman kelapa sawit pada masa belum menghasilkan
adalah:
a. Penyulaman
b. Penyiangan
c. Pengendalian hama dan
penyakit tanaman
d. Pemupukan
e. Kastrasi
2. Tanaman Menghasilkan
Adapun hal-hal yang perlu dikerjakan
pada tanaman menghasilkan adalah:
a. Penyiangan
b. Sanitasi
c. Polinasi
d. Pemupukan
e. Pengendalian
hama dan penyakit tanaman
F. Panen
Panen
merupakan salah satu factor penting yang menetukan kualitas dan kuantitas
produksi.Tanaman kelapa sawit umumnya sudah mulai di panen pada umur tiga tahun
di kebun.Pekerjaan panen meliputi pemotongan tandan buah masak, pengutipan
brondolan, dan pengangkutan ke TPH.
1.
Persiapan
Panen
Persiapan
panen berkaitan dengan penyediaan tenaga kerja dan alat-alat panen yang
diperlukan, kegiatan awal lainnya dalam persiapan panen adalah pembuatan atau
peningkatan mutu jalan, karena jalan merupakan factor penunjang yang penting
dalam pengangkutan hasil dari kebun ke pabrik. Akses jalan yang perlu disiapkan
untuk proses panen diantaranya jalan penghubung (jalan utama), jalan produksi,
jalan control, dan jalan pikul (pasar).
2. Keberhasilan Panen
Keberhasilan
penen sangat ditentukan dari hasil produksi kebun, meliputi tandan, minyak dan
inti sawit. Keberhasilan panen dipengaruhi oleh persiapan panen yang baik dan
efektif, mulai dari kodisi jalan, tenaga
kerja, alat-alat yang digunakan, waktu memulai panen, pemahaman kriteria matang
tandan dan cara pemanenan.
3. Pelaksanaan Panen
Sistem panen
tergantung pada jenis tenaga kerja pemanen (harian atau borongan), karyawan
harian tetap (KHT) atau karyawan harian lepas (KHL). Pelaksanaan panen dibedkan
atas dua sistem
a. Sistem Giring
Sistem panen
yang seluruh hasil panennya ditempatkan disatu lokasi panen secara bersamaan,
sehingga masing-masing pemanen bias memanen di tempat yang berbeda. Sistem ini
cocok untuk pemanen dengan potensi produksi yang tinggi.Kelebihan sistem giring
adalah pekerjaan lebih cepat selesai karena selalu di awasi mandor.
b. Sistem Tetap
Sistem yang
masing-masing pemanennya ditempatkan dilokasi panen tertentu, sehingga
masing-masing pemanen selalu memanen di tempat yang sama. Sistem ini lebih
sesuai untuk pemanen borongan yang potensi produksinya rendah.Kelebihn sistem
tetap adalah lebih teliti dan tidak memengaruhi fisiologis tanaman.

A. Kesimpulan
Tanaman perkebunan
seperti kelapa sawit, telah menyebar keseluruh Negara beriklim tropis, termasuk
Indonesia. Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman komoditas perkebunan yang
cukup tinggi dan sangat penting di Indonesia. Serta cara budidaya yang tepat,
membuat propek pasar bagi olahan kelapa sawit cukup menjanjikan, karena
permintaan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup besar, tidak
hanya di dalam negeri tetapi juga di luar negeri. Karena itu, sebagai Negara
tropis yang masih memiliki lahan cukup luas, Indonesia berpeluang besar untuk
mengembangkan perkebunan kelapa sawit, baik melalui penanaman modal maupun
skala perkebunan rakyat.
B. Saran
Untuk pratikum ini sudah bagus dan
jadwal sudah teratur , dan untuk ke depan nya supaya bisa lebih baik lagi dari
pada sebelum nya.tanamn sawit sangat bagus hidupnya terutama didaerah riau
ini,tapi jangan salah karena tanaman sawit ini bisa menghabiskan air yang
diserap per harinya 12 liter
DAFTAR
PUSTAKA
Agustina, L., 2004.Dasar Nutrisi
Tanaman, PT Rineka Cipta, Jakarta.
Bahman,
J. dan M. Chairani. 2005. Proses Produksi Bahan Tanam Kelapa Sawit.
PPKS.Medan
AGRONOMI
TANAMAN PERKEBUNAN I
BUDIDAYA TANAMAN KARET (Hevea brassiliensis)
OLEH
:
FIRMAN SYAH
114210020
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
ISLAM RIAU
PEKANBARU
2014
AGRONOMI
TANAMAN PERKEBUNAN I
BUDIDAYA TANAMAN KARET (Hevea brassiliensis)
OLEH :
NAMA : FIRMAN
SYAH
NPM : 124110193
PROGRAM STUDI : AGROTEKNOLOGI
MENYETUJUI
Dosen
Pengasuh Asisten
Dosen
( Ir.Ernita,MP )
(
Nur Samsul Setiawan,SP )
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita ucapkan atas
kahadirat sang khaliq, Allah SWT atas limpahan rahmat dan ridho – Nya penulis
dapat menyelesaikan penulisan laporan praktikum Dasar-Dasar Agronomi Tanaman Perkebunan 1
tanaman karet, tepat pada waktunya.
Penulis juga mengucapkan terimakasih
pada Ir. Hercules Gultom,MP selaku dosen pengasuh dan Kakanda Nur samsul setiawan,SP selaku
asisesten dosen yang telah memberikan bantuan, arahan, dan dorongan kepada
penulis untuk menyelesaikan dan penulisan laporan pratikum ini, dan tak lupa
pula penulis ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak termasuk Fakultas
Pertanian yang telah menyediakan sarana dan prasarana serta teman-teman yang ikut membantu penulisan laporan
pratikum ini.
Penulis sudah berusaha semaksimal mungkin
untuk menyempurnakan penulisan laporan pratikum ini. Tapi mungkin terdapat
beberapa kekurangan dan kelemahannya, untuk itu penulis mengharapkan kritik
maupun saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan laporan
pratikum ini.
Pekanbaru,06 Juni 2014
Penulis,
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ iii
I.
PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Tujuan Pratikum............................................................................................. 2
II. TINJAUAN
PUSTAKA..................................................................................... 3
III. BAHAN DAN METODA.................................................................................. 5
A. Waktu dan Tempat........................................................................................ 5
B. Alat dan Bahan.............................................................................................. 5
C. Pelaksanaa...................................................................................................... 5
IV. HASIL
DAN PEMBAHASAN.......................................................................... 7
V. PENUTUP......................................................................................................... 10
A. Kesimpulan.................................................................................................... 10
B. Saran.............................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 11
LAMPIRAN.............................................................................................................. 12
DAFTAR
LAMPIRAN
Lampiran Halaman
I. Jadwal Pratikum..................................................................................................... 20
II.
Dokumentasi......................................................................................................... 21
PRATIKUM
II
BUDIDAYA
TANAMAN KARET ( Hevea brassiliensis )
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman
karet termasuk famili Euphorbiaceae
atau tanaman getah-gatahan. Dinamakan demikian karena golongan famili ini
mempunyai jaringan tanaman yang banyak mengandung getah (lateks) dan getah
tersebut mengalir keluar apabila jaringan tanaman terlukai. Mengingat manfaat
dan kegunaannya, tanaman ini digolongkan ke dalam tanaman
industri.
Sesuai
dengan nama latin yang disandangnya tanaman karet (Hevea brassiliensis) berasal dari Brazil. Tanaman ini merupakan
sumber utama bahan karet alam dunia. Padahal jauh sebelum tanaman karet
dibudidayakan, penduduk asli di berbagai tempat seperti Amerika Selatan,
Afrika, dan Asia menggunakan pohon-pohon lain yang juga menghasilkan getah.
Sebagai penghasil lateks, tanaman karet dapat dikatakan merupakan satu-satunya
tanaman yang dikebunkan secara besar-besaran.
Sejak
berabad-abad yang lalu karet telah dikenal dan digunakan secara tradisional
oleh penduduk asli di daerah asalnya, yakni Brasil – Amerika Selatan. Akan
tetapi meskipun telah diketahui penggunaannya, oleh Columbus dalam pelayarannya
ke Amerika Selatan pada akhir abad ke-16, sampai saat itu karet masih belum
menarik perhatian orang-orang Eropa. Karet tumbuh secara liar di lembah-lembah
sungai Amazon dan secara tradisional diambil getahnya oleh penduduk setempat
untuk digunakan dalam berbagai keperluan, antara lain sebagai bahan untuk
menyalakan api dan “bola” untuk permainan.
Sistem
perkebunan karet muncul pada abad ke-19. Akan tetapi, sistem pekebunan di Asia
Tenggara tidak terjadi sebelum akhir abad ke-19, ketika permintaan menuntut
perluasan sumber penawaran. Sistem ini diperkenalkan oleh beberapa ahli
tumbuh-tumbuhan di Inggris. Pada tahun 1870 tanaman karet berkembang baik di
Jawa dan Burma, akan tetapi tanaman ini memakan waktu antara penanaman dengan
masa produksi.
Dewasa
ini, luas areal tanaman karet mencapai 3,04 juta hektar, dimana 83,4 % (92,54
juta hektar) adalah karet rakyat. Oleh karena itu, selain sebagai sumber
devisa, karet rakyat juga memiliki arti sosial yang sangat penting karena
mendukung lebih dari 10 juta jiwa keluarga petani yang mengusahakan komoditas
ini. Walaupun demikian, produktivitas karet rakyat saat ini masih tergolong
rendah, yakni hanya sekitar 300-400 kg karet kering per hektar per tanah.
Pada
awalnya seluruh karet dikumpulkan dari tanaman liar, awalnya karet dari Brazil,
tetapi ada juga dari daerah lain dalam jumlah perbandingan yang kecil. Karena
permintaan yang bertambah dan lebih cepat dibandingkan persediaan yang ada dan
harga yang melambung tinggi. Ini memungkinkan terjadinya pelanggaran terhadap
pengeksporan benih, dan pohon karet pun diperkenalkan kepada kerajaan-kerajaan
kolonial di bagian dunia lain.
B. Tujuan
1. Tujuan dari praktek Agronomi Tanaman Perkebunan adalah
agar mahasiswa mengerti dan memahami cara-cara penyadapan tanaman karet
2. Agar Mahasiswa mengetahui perbanyakan tanaman karet baik
secara generatif maupun vegetatif
3. Salah satu syarat mata kuliah
Agronomi Tanaman Perkebunan I.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut
Setiawan dan Andoko (2005), dalam kerajaan tanaman atau sistem klasifikasi
kedudukan tanaman karet adalah sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
Divisio
:
Spermatophyta
Subdivisio
: Angiosperma
Kelas
:
Dicotyledoneae
Ordo
:
Euphorbiales
Family
:
Euphorbiaceae
Genus
: Hevea
Spesies
: Hevea brassiliensis Muell. Arg
Sistem
perakarannya padat/kompak, akar tunggangnya dapat menghujam tanah hingga
kedalaman 1-2 meter, sedangkan akar lateralnya dapat menyebar sejauh 10 meter.
Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang,
akar ini mampu menopang batang tanman yang tumbuh tinggi dan besar
(Syamsulbahri, 1996).
Batang
tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. Di
beberapa kebun karet ada kecondongan arah tumbuh tanamannya agak miring ke arah
Utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks (Tim
Penulis PS, 2008).
Daun karet
terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun
utama 3 – 20 cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3 – 10 cm dan pada ujungnya
terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun
karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing. Tepinya
rata dan gundul (http://deptan.disbun.com, 2010).
Karet
termasuk tanaman sempurna karena memiliki bunga jantan dan betina dalam satu
pohon, terdapat dalam malai payung dan jarang. Pangkal tenda bunga berbentuk
lonceng dan di ujungnya terdapat lima tajuk yang sempit. Bunga betina berambut
vilt dengan ukuran sedikit lebih besar dibandingkan dengan jantannya dan
mengandung bakal buah yang beruang tiga. Organ kelamin jantan berbentuk
tiang yang merupakan gabungan dari sepuluh benang sari (Setiawan dan
Andoko, 2005).
Buah beruang tiga, jarang yang beruang
4 hingga 6 diameter buah 3-5 cm dan terpisah 3, 4, 6. Coci bekatup dua,
pericarp berbentuk endokarp berkayu. Biji besar. Bulat persegi empat, tertekan
pada satu atau dua sisinya, berkilat, berwarna coklat muda, dengan noda-noda
cokelat tua, panjang 2-3,5 cm dan lebar 1,5 – 3 cm dan tebal 1,5-2,5 cm
(Sianturi, 2001).
III.
BAHAN DAN METODE
A. Waktu dan Tempat
Waktu
pelaksanaan praktikum Agronomi Tanaman Perkebunan karet di laksanakan 07 Juni
2014 hari sabtu Siang tepatnya pukul 13.00 sampai dengan pukul 14.30 wib.
Pelaksanaan
praktikum Agronomi Tanaman Perkebunan dilaksanakan di kebun percobaan
Universitas Islam Riau, Fakultas Pertanian, tepatnya di belakang kampus. Untuk
pelaksanaan penyadapan di lakukan di lahan kebun karet yang sudah menghasilkan
latek. Sedangkan praktek menempel di lakukan di kebun perkecambahan.
B.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam pratikum
agronomi tanaman perkebunan ini yaitu :Cangkul,Garu,Kamera,Alat
tulis,Meteran,Plastik Pembungkus es untuk okulasi pisau ,Parang,Pisau penyadap
karet,polybag.Sedangkan Bahan yang digunakan yaitu : Biji karet 20 Biji,Pohon
Karet yabg Tingginya 1-2 meter untuk okulasi,mata entris untuk okulasi.
C.
Pelaksanaan Pratikum
1. Persiapan Lahan
Sebelum
dilaksanakannya praktikum untuk persemaian,lahan pertanian universitas islam
riau sebagai tempat melaksanakan praktikum harus di bersihkan sehingga tempat
pelaksanaan pratikum ini siap di pakai untuk pelaksanaan praktikum.
Untuk
penyadapan digunakan pohon karet yang sudah tumbuh dan sudah menghasilkan
lateks atau getah karet sehingga mempermudah dalam pelaksanaannya
2.
Pembibitan
Biji karet
sudah ada langsung ditanam dibedengan yang sudah dibuat dengan jarak tanam 5x5
cm kemudian ditutupi dengan serasah tanaman yang kering
3. Penanaman.
Penanaman
di lakukan dengan cara meletakan biji karet dibedengan dengan jarak 5x5 cm dan
matanya mengarah kematahari terbit.kemudian ditutup dengan serasah
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembibitan Tanaman Karet
1. Alat dan
Bahan.
Alat yang di pakai dalam paraktikum ini antaran lain :
Ø Cangkul
Ø Meteran
Sedangkan bahan yang di gunakan adalah :
Ø Biji karet
Ø Serasah (
Daun-daun Yang kering )
2. Cara
kerja:
Bersihkan
lahan yang akan di gunakan sebagai tempat penyemaian dengan menggunakan
cangkul, kemudian lakukan pengolahan tanah dengan ukuran luas persemaian 100 x
100 cm, kemudian lakukan perataan terhadap permukaan bedengan. Kemudian
letakan/tanam biji karet dengan jarak 5 x 5 cm secara lurus, barulah tutup biji
tersebut dengan serasah. Agar tidak di gangu oleh binatang. Biji yang di
pergunakan dalam praktek ini biji sapuan, biji sapuan adalah biji yang asal
usulnya tidak jelas dari mana. Karena di peroleh dari perkebunan karet.
B. Penyadapan Karet
1. Alat dan
Bahan
Alat yang di gunakan dalam penyadapan ini antara lain :
Ø Pisau
sadap
Ø Alat
pembersih permukaan bidang sadap
Ø Kuas
Ø Tempurung,
Dan bahan yang di gunakan adalah :
Ø Oli bekas
Ø Etrel
2. Cara Kerja
Ukur
ketinggian untuk memulai penyadapan pertaman, dari pangkal pohon karet sekitar
130 – 150 cm dari pangkal pohon. Memulai sadapan dari kanan atas kekiri bawah,
karena pembulu lateksnya dari kiri atas ke kanan bawah, kedalam irisan sadap
antara 1 - 1,5 mm dan ketebalannya adalah 1,5 – 2 mm. dalam praktek ini di
contohkan dalam bentuk S atau sepiral, bentuk L dan bentuk V.
Pemberian
etrel, caranya di bersihkan bidang sadap dengan alat pembersih atau di kikis,
supaya kotoran-kotoran yang menempel hilang, setelah itu oleskan dengan etrel
atau oli bekas padang bidang sadap, pemberian etrel bertujuan agar pembulu
lateks terbuka dan lateksnya akan lebih banyak keluar.
C.
Okulasi karet
1. Alat dan
bahan yang di gunakan antara lain :
Alat yang di gunakan dalam penyadapan ini antara lain :
Ø pisau
ceter
Ø Plastik
minyak / plastik gula.
Ø Alat yang
di gunakan dalam penyadapan ini antara lain :
Ø karet
2. Cara kerja
Ø Kerat
kulit kayu batang bawah menggunakan pisau sayat ( ceter ) samapu berbentuk
huruf “ U “terbalik. Panjang keratan 2-3 cm
dan lebar 1-1,5 cm.
Ø Potong
lidah sayatan sisakan sedikit di batang.
Ø Sayat
bagian mata tunas dari cabang entres
samapi ke lapisan kayu dengan bentuk seperti cabai.
Ø Angkat
bidang sayatan lalu bersihkan batang kayu yang masih menempel.
Ø Tempelkan
batang tunas ke bidang sayatan.
Ø Ikat
bidang tempelan dengan tali rafia atau pita plastik.
V.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan
yang dapat di ambil dari praktikum ini adalah bahwa getah karet dapat di
percepat atau mempelancar aliran lateks yang yang ditampung, harus diolesi
dengan menggunakan minyak nabati atau oli bekas. Dan untuk teknik menempel yang
baik harus di lakukan secara steril. Untuk teknik pemupukan perlu di buat
lubang agar pupuk tidak menguap. Serta untuk prenurserynya perlu pengupsan
kulit luar ini bertujuan untuk mempercepat keluarnya flumulanya.
B. Saran
Saran yang
saya berikan untuk praktek ini adalah supaya kedepanya praktek ini di harapkan
agar dubuat buku panduan atau en outnya supaya mempermudah mahasiswa/i untuk dalam
proses pratikumnya dan pembuatan laporannya,dengan dibuat buku panduan
diharapkan mampu mengikuti pratikum agronomi tanaman perkebunan 1 untuk karet
ini secara sistematik atau berurutan.
DAFTAR
PUSTAKA
Ashari, S., 1995. Hortikultura Aspek
Budidaya. UI Press, Jakarta
Setiawan, D. H. dan
Andoko A., 2005. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Setyamidjaja, D., 1993. Karet,
Budidaya dan Pengolahannya. Kanisius, Yogyakarta.
Sianturi, H. S. D., 2001. Budidaya
Tanaman Kelapa Karet. USU Press, Medan.
Syamsulbahri, 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan
Tahunan. UGM Press, Yogyakarta.
Tim Penulis PS, 2008. Panduan
Lengkap Karet. Penebar Swadaya, Jakarta.
Widianto, I., 2000. Membuat Stek,
Cangkok dan Okulasi. Penebar Swadaya, Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran
I. Jadwal Pratikum
No
|
Tanggal/Bln/Thn
|
Kegiatan
|
1
|
30
mei 2014
|
Pengolaha
lahan/bedengan untuk persemaian tanaman karet
|
2
|
30 mei 2014
|
Penanaman
biji karet/persemaian biji karet
|
3
|
7
Juni 2014
|
Penyadapan/nderes
karet
|
Lampiran
II. Dokumentasi
.
Lahan Persemaian Karet yang Baru tumbuh Pemotongan/Okulasi
Pemotongan batang karet Pembungkusan dengan pak
gultom mengukur
Plastik es setelah
penempelan tinggi karet yg akan
mata karet disadap
Proses
penyadapan hasil
penyadapan proses pelumasan dengan
Menggunakan eterel/oli bekas
LAMPIRAN
Lampiran
I. Jadwal Pratikum
No
|
Tanggal/Bln/Thn
|
Kegiatan
|
1
|
24 April 2014
|
Teknik Pemanenan Kelapa sawit di PTPN
V Sei.Pagar
|
2
|
07 Juni 2014
|
Penanaman biji sawit/persemaian biji sawit
yang sudah dikupas serabutnya
|
Lampiran
II. Dokumentasi



PTPN
V SEI.PAGAR Land Application Limbah yg dijadikan
pupuk



Aliran
pupuk limbah sawit limbah sawit dri
PKS
Bak penampung limbah sawit



sawit baru dipanen Proses Tanya jawab
diperkebunan DiLand Aplication



Biji
sawit hasil pengupasan biji sawit kernel sawit

Penanaman kernel
Tidak ada komentar:
Posting Komentar