TEKNOLOGI PASCA PANEN
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbilalamiin, Puji
syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka laporan
Praktikum Teknologi Pasca Panen ini
dapat diselesaikan.
Penulisan laporan ini adalah merupakan salah satu persyaratan untuk Tugas Mata
Kuliah Teknologi Pasca Panen. Dalam
Penulisan Laporan
ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang penulis miliki.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan laporan ini. Juga tidak lupa terima kasih
penulis ucapkan kepada Dosen mata kuliah
Teknologi Pasca Panen Ir.Hj.T.Rosmawaty,Msi dan Asisten Teknologi Pasca Panen
Noer Arif Hardi dan Nopi Suratna serta teman-teman yang
telah membantu dalam menyelesaikan laporan Teknologi Pasca Panen ini.
Semoga Laporan ini
dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan,
khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amiin.
Pekanbaru, Mei 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ... ii
DAFTAR
LAMPIRAN........................................................................................ ... iii
I. PENDAHULUAN............................................................................................ ... 1
A. Latar Belakang.......................................................................................... ... 1
B. Tujuan........................................................................................................ ... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................. ... 5
III. TEMPAT DAN WAKTU.............................................................................. ... 11
A. Tempat....................................................................................................... ... 11
B. Waktu........................................................................................................ ... 11
IV. PEMBAHASAN............................................................................................ ... 12
A.
Stasuin
Penerimaan TBS............................................................................... 12
B.
Penerimaan
TBS dan Sortasi/Greading Pada TBS........................................ 13
C.
Stasiun
Rebusan (STERILIZER) .................................................................. 14
D.
Stasuin
Penebah (Thresing Stasiun) ............................................................. 14
E. Stasiun
press ( Pressing Station ) .................................................................. 15
F.
Stasiun
Kernel (KERNEL RECOVERY PLANT) ....................................... 15
G.
Stasiun Klarifikasi......................................................................................... 16
H.
Stasiun Boiler ................................................................................................ 17
I.
Pembangkit Tenaga Listrik (Power
Plant Station) ....................................... 17
J.
Stasiun Water Tratmant ................................................................................ 18
K.
Instalasi Pengolahan Air Limbah (EFLUENT TREATMENT PLANT)...... 18
IV. PENUTUP...................................................................................................... ... 23
A. Kesimpulan................................................................................................ ... 23
B. Saran.......................................................................................................... ... 23
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... ... 24
LAMPIRAN......................................................................................................... .... 25
DAFTAR
LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1.
Dokumentasi……………................................................................................. 25
2.
Riwayat Hidup.................................................................................................. 26
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Tanaman kelapa sawit (
Elaeis guineensis jacq ) merupakan salah satu tanaman perkebunan di indonesia
yang memiliki masa depan yang cukup cerah. Kelapa sawit bukanlah tanaman asli
Indonesia namun kedatangan kelapa sawit ke Indonesia malah menambah
komoditas ekspor di Indonesia. Minyak olahan kelapa sawit menjadi komoditas
ekspor yang handal di Indonesia, pangsa pasr di dalam negeri cukup besar dan
pasaran ekspornya senantiasa terbuka.
Asal
tanaman kelapa sawit, untuk secara pasti belum di ketahui, namun ada dugaan
kuat, tanaman kelapa sawit berasal dari dua tempat yaitu, amerika selatan (
untuk spesies Elaeis melanococca atau Elaeis oleivera ) dan afrika ( guenia ) (
untuk spesies Elaeis guineen sis ).
Sampai
saat ini kedua spesies di atas sudah menyebar ke seluruh dunia ber
iklim tropis, termasuk Indonesia. Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman
komoditas perkebunan yang cukup penting di Indonesia karena masa
depannya yang cukup menguntungkan. Kelapa sawit adalah tanaman pengahasil
minyak nabati yang dapat di andalkan , karena minyak yang di hasilkan memiliki
keunggulan jika di bandingkan dengan minyak hasil olahan lainnya, keunggulannya
antara lain, memiliki kadar kolesterol yang rndan bahkan non kolestrol.
Konsumsi
minyak sawit makin lama semakin meningkat, dan permintaan konsumen pun makin
lama semakin banyak, tidak mungkin kebutuhan minyak sawit ini dapat di
penuhi oleh malasya, Nigeria, dan pantai gading saja, sebagai produsen
utama.Beberapa pengkaji social – ekonomi komoditas perkebunan menyatakan
optimism lain, bahwa, prospek perkembangan minyak sawit di masa yang akan
dating akan lebih cerah dari pada kopi dan karet olahan, walaupun sekarang
minyak kelapa sawit masih memberikan sumbangsih devisa perolehan ekspor ketiga
di Indonesia, yaitu 203,5 juta US dollar ( menurut laporan biro pusat
statistic, 1990.
Untuk
mencapai semuanya tanaman kelapa sawit harus melewati rentang waktu yang cukup
panjang , dari di datangkannya tanaman kelapa sawit pada tahun 1848, dan baru
di budidayakan secara komersial dalam bentuk perkebunan pada tahun 1911. Jadi ,
kelahiran perkebunan kelapa sawit membutuhkan waktu sekitar 63 tahun.Awal
mulanya tanaman kelapa sawit di Indonesia , hanya sekedar berperan sebagai
tanaman hias langka di kebun raya bogor, itu terjadi mulai tahun 1848,
ketika pemerintah kolonial belanda mendatangkan empat batang bibit
kelapa sawit dari Mauritius dan Amsterdam ( masing – masing dua batang ) kelapa
sawit di tanam di jalan – jalan karena potensi sesungguhnya belum di ketahui.
Pemerintah colonial belanda yang lebih tahu tentang segi ekonomis kelapa sawit,
berusaha menarik minat masyarakat Indonesia dengan melakukan beberapa percobaan
pembudidayaan kelapa sawit beserta penyuluhannya, di muara enim ( tahun 1869 ),
musi hulu ( 1870 ), dan di Belitung ( 1890 ), namun hasilnya belum meaksimal,
masyarakat perkebunan masih ragu - ragu terhadap prospek ekonomis perkebunan
kelapa sawit, juga terhadap cara pemrosesan kelapa sawit menjadi minyak sawit.
Mulai
tahun 1911, barulah kelapa sawit mulai di budidayakan secara komersial. Oramg
yang merintis usaha ini adalah Adrien hallet, seorang belgia yang telah belajar
banyak tentang tanaman kelapa sawit di afrika. Ia mengusahakan perkebunannya di
sungai liput ( aceh ) dan di pulu radja ( asahan ).
Rintisan
Hallet ini kemudian di ikuti oleh K. schadt, seorang jerman yang mengusahakan
perkebunannya di tanah itan ulu ( deli ). Kemungkinan bibit kelapa sawit
yang digunakan adalah kelapa sawit deli ( asumsi yang timbul karena perkebunan
K. schadt diselenggarakan di deli ) A. Hallet punya pendapat menarik, bahwa
kelapa sawit deli ternyata lebih produktif, komposisi buahnya juga lebih
baik dibandingkan dengan kelapa sawit dari pantai barat afrika. Budidaya kelapa
sawit secara komersial oleh A. Hallet dan diikuti oleh K. Schadt ini, menandai
lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
Ekspor
minyak ( CPO ) dan minyak ( PKO )masing – masing 576 ton dan 850 ton ( dari
tahun 1919 hingga 1923 ) pada masa ini, permintaan minyak sawit di pasaran dunia
memang sedang meningkat sejalan dengan makin berkembangnya industry di Eropa,
beberapa prestasi bagus memang kemudian diraih oleh perkebunan besar kelapa
sawit.
Areal
perkebunan kelapa sawit di Indonesia bertambah luas ( pada tahun 1916 seluas
1.272 ha, sedangkan tahun 1938 bertambah luas menjadi 92.307 ha ), lalu banyak
didirikan pabrik pengolahan kelapa sawit yang modern dan balai – balai
penelitian kelapa sawit, sehingga teknis budidaya dan managemen perkebunan
bukan lagi suatu masalah, namun perkebunan kelapa sawit pernah mengalami
perhentian produksi, pada masa pendudukan jepang di Indonesia, karena jepang
lebih mengutamakan tanaman pangan dari pada tanaman industri, untuk kebutuhan
logistik perang, selama masa pendudukan jepang di Indonesia, kelapa sawit
kehilangan 16% dari lahan perkebunannya.
Seluruh areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia dikelola
dalam bentuk Perkebunan Rakyat, Perkebunan Besar dan Perkebunan Inti Rakyat.
Perkebunan Besar terdiri dari Perkebunan Besar Negara (PTPN) dan Perkebunan
Besar Swasta. Selanjutnya Perkebunan Besar Swasta dibagi lagi menjadi
Perkebunan Besar Swasta Nasional dan Perkebunan Besar Swasta Asing. Pola
Perkebunan Inti Rakyat diterapkan agar Perusahaan Besar yang bertindak sebagai
inti dapat membantu meningkatkan kinerja Perkebunan Rakyat melalui kerjasama
yang saling menguntungkan sehingga dalam era globalisasi Perkebunan
Rakyat mampu bertahan menghadapi persaingan yang sangat tinggi.
Perkebunan kelapa sawit merupakan bidang usaha yang sangat
menarik bagi investor domestik maupun asing. Hal ini dapat terlihat dari
pesatnya pertumbuhan perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Daya tarik
perkebunan kelapa sawit terletak pada besarnya manfaat ekonomi (mikro dan
makro), politik dan sosial yang diperoleh dari usaha ini. Manfaat ini telah
menempatkan komoditi kelapa sawit sebagai salah satu unggulan dalam
perekonomian nasional.
Secara nyata, rakyat indonesia telah merasakan manfaat
ekonomi, politik dan sosial dari perkebunan kelapa sawit, tetapi masih banyak
kalangan yang jarang akurat menterjemahkan manfaat-manfaat
tersebut terutama dalam kaitan dengan prospek bisnis dan investasi.
Hal ini mengakibatkan beberapa industri terkait ke k hilir (forward-linkage
industry) maupun industri terkait ke hulu (backward-linkage
industry) dengan perkebunan kelapa sawit tidak mampu merespon atau
menindak lanjuti dengan cepat dan tepat perkembangan yang pesat dalam
perkebunan kelapa sawit.
B.
Tujuan
1.
untuk mengetahui bagaimana cara
pengolahan minyak kelapa sawit ( CPO )
2.
untuk mengetahui alat-alat mesin yang
digunakan dalam mengolah buah kelapa sawit menjadi CPO.
3.
Untuk mengetahui dan memahami fungsi
dari alat-alat mesin yang digunakan untuk mengolah buah kelapa sawit menjadi
CPO.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Asal
tanaman kelapa sawit (Elaeis giuneensis jack.) secara pasti belum bisa
diketahui. Namun, ada dugaan kuat tanaman ini berasal dari dua tempat, yaitu
Amerika Selatan dan Afrika (Guenia). Spesies Elaeis melanococca atau Elaeis
oleivera diduga berasal dari Amerika Selatan dan spesies Elaeis guineensis
berasal dari Afrika (Guenia).
Kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati
yang dapat diandalkan, karena minyak nabati merupakan produk utama yang bisa
dihasilkan dari kelapa sawit. Potensi produksinya per hektar mencapai 6 ton per
tahun, bahkan lebih. Jika dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak lainnya
(4,5 ton per tahun), tingkat produksi ini termasuk tinggi. Minyak nabati yang
dihasilkan dai pengolahan buah kelapa sawit berupa minyak sawit mentah (CPO
atau crude palm oil) yang berwarna kuning dan minyak inti sawit (PKO atau palm
kernel oil) yang tidak berwarna (jernih). CPO atau PKO banyak digunakan sebagai
bahan industri pangan (minyak
goreng dan margarin), industri sabun, baja, tekstil, kosmetik, dan sebagai
bahan baker alternatife (minyak diesel).
Komoditi perkebunan memiliki peranan yang
nyata dalam memajukan perekonomian dan pertanian di Indonesia. Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan meningkatnya taraf hidup petani, menciptakan lapangan kerja,
dan meningkatkan devisa negara. Salah satu komoditas perkebunan penting di
Indonesia adalah kelapa sawit. Kelapa sawit merupakan primadona ekspor non
migas, oleh karena itu komoditi ini selalu menjadi pilihan banyak pengusaha
untuk menanamkan modalnya.Perkebunan kelapa sawit di Indonesia dimulai sejak
tahun 1911 di Sumatra Utara.
Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit
mengalami banyak kemajuan sampai dengan pecahnya perang pasifik pada tahun
1940. Kemajuan perkebunan kelapa sawit ini didukung oleh lembaga-lembaga
penelitian yang telah berdiri sampai dengan sekarang ini.
Ke1apa sawit bukan tanaman asli Indonesia
namun saat ini kelapa sawit menjadi salah satu sumber daya pangan, pemasok
kebutuhan minyak nabati nasional menggantikan ke1apa (Cocos nucifera). Di
Indonesia minyak kelapa sawit mentah mulai dipergunakan sebagai bahan minyak
goreng pada tahun 1980 ketika terjadi kelangkaan minyak goreng.
Produk utama kelapa sawit yang dimanfaatkan
adalah tandan buahnya yang menghasilkan minyak dari daging buah dan kernel
(inti sawit). Industri olahan minyak kelapa sawit dapat digolongkan menjadi 2
macam, yaitu dalam industri pangan (misalnya pembuatan minyak goreng, lemak
pangan, margarin, kue, es krim, dan permen) dan dalam industri non pangan
(misalnya pembuatan sabun, detergen, dan surfaktan, pelunak, pelapis, ramuan
komponen karet, pelumas, dan kosmetik.
Pada saat ini telah dikenal beberapa varietas unggul kelapa sawit yang dianjurkan untuk ditanam di perkebunan. Varietas-barietas unggul tersebut dihasilkan melalui hibridisasi atau persilangan buatan antara varietas Dura sebagai induk betina dengan varietas Pisifera sebagai induk jantan. Terbukti dari hasil pengujian yang dilakukan selama bertahun-tahun, bahwa varietas-varietas tersebut mempunyai kualitas yang lebih baik dibandingkan varietas lainnya.
Pada saat ini telah dikenal beberapa varietas unggul kelapa sawit yang dianjurkan untuk ditanam di perkebunan. Varietas-barietas unggul tersebut dihasilkan melalui hibridisasi atau persilangan buatan antara varietas Dura sebagai induk betina dengan varietas Pisifera sebagai induk jantan. Terbukti dari hasil pengujian yang dilakukan selama bertahun-tahun, bahwa varietas-varietas tersebut mempunyai kualitas yang lebih baik dibandingkan varietas lainnya.
PT. Sampoerna Agro Tbk. merupakan salah satu
perusahaan yang bergerak dalam industri kelapa sawit. Pelaksanaan pembudidayaan
yang telah bertahun-tahun ini membuat perusahaan telah berpengalaman dalam
pengembangan, pendekatan sosial dan lingkungan. Selain itu, luas areal yang
dimiliki oleh perusahaan tersebut membuktikan bahwa perusahaan tersebut terus berkembang
seiring dengan waktu Tanaman kelapa sawit berasal dari Guinea (pantai barat
Afrika). Tanaman kelapa sawit (Elaies guineensis Jacq) termasuk anggota famili
Palmae yang merupakan golongan tanaman keras penghasil minyak nabati.
Berdasarkan taksonominya, tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam divisi
Tracheophita, kelas Angiospermeae, subkelas Monocotyledoneae, ordo Cocoideae,
famili Palmae, subfamili Elaeis, spesies Elaies guineensis Jacq.
Kelapa sawit termasuk tanaman berumah satu
(monocious) yaitu tanaman yang memiliki bunga jantan dan bunga betina dalam
satu tanaman. Kedua jenis bunga tersebut keluar dari ketiak pelepah daun dan
berkembang secara terpisah. Bunga dapat menyerbuk sendiri maupun menyerbuk
bersilang. Tanaman kelapa sawit dapat dibagi menjadi bagian vegetatif dan
generatif. Bagian vegetatif terdiri atas akar, batang, dan daun, sedangkan
bagian generatif yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan adalah bunga dan
buah.
Deli Dura merupakan induk bagi sebagian
besar tanaman kelapa sawit komersial yang saat ini ditanam di dunia. Material
genetik lain yang dimiliki PPKS merupakan hasil introduksi dari Afrika maupun
Amerika Selatan. Salah satu material yang diintroduksi dari Zaire adalah
Tenera/Pisifera Binga, dilakukan pada 1987 oleh Balai Penelitian Perkebunan
Medan. Material ini akan menjadi fokus penelitian pada 2006 untuk tujuan
karakterisasi dan eksploitasi, mengingat mempunyai prospek dan potensi untuk
dikembangkan terutama dari karakter kandungan minyak yang tinggi dan
pertumbuhan meninggi yang lambat.
Kegiatan karakterisasi mengacu pada
Descriptor for Oil Palm. Karakter yang diamati adalah seluruh bagian tanaman
yang dapat diidentifikasi sebagai pembeda dengan tanaman kelapa sawit lain.
Pembeda yang dimaksud harus mengacu pada kebaruan, keunikan, keseragaman, dan
kestabilan suatu varietas. Hal ini merupakan standar yang ditetapkan oleh
Kantor Pusat PVT Jakarta untuk pengajuan koleksi yang akan dilindungi,
sedangkan keragaan hasil silang balik antara Elaeis oleifera dan Elaeis
guineensis antara lain laju pertumbuhan meninggi yang lambat pada beberapa
persilangan yang terbaik, yaitu berkisar antara 30-40 cm/thn, kemudian
memiliki karakter tajuk kecil sehingga dapat ditanam dengan densitas tinggi per
hektar, memiliki kualitas minyak yang cukup baik jika ditinjau dari kandungan
oleat, asam lemak tidak jenuh, beta karoten yang lebih tinggi dibandingkan
Elaeis guineensis, dan apabila ditinjau dari hasil analisis pada satu populasi
silang balik generasi pertama maka dapat ditemukan rerata kandungan beta
karoten lebih tinggi dari 1000 ppm, bahkan nilai tertinggi dapat
mencapai 2118.63 ppm
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik pada daerah tropikal basah di sekitar lintang utara-selatan 12° pada ketinggian 0-500 m di atas permukaan laut. Jumlah curah hujan yang baik adalah 2000-2500 mm/tahun, tidak memiliki defisit air, suhu optimal adalah 24-28° C dengan suhu minimum 18°C dan maksimal 32°C, kelembaban udara 80%, penyinaran matahari 5-7 jam/hari dan kecepatan angin 5-6 km/jam. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu (HK), regosol, andosol, organosol dan alluvial. Sifat fisik tanah yang baik untuk kelapa sawit yaitu memiliki solum setebal 80 cm, tekstur ringan, memiliki pasir 20-60%, debu 10-40%, dan liat 20-50%, kemudian memiliki perkembangan struktur baik, konsistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang, pH tanah sekitar 5-5½, dan memiliki kandungan unsur hara dalam tanah yang tinggi.
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik pada daerah tropikal basah di sekitar lintang utara-selatan 12° pada ketinggian 0-500 m di atas permukaan laut. Jumlah curah hujan yang baik adalah 2000-2500 mm/tahun, tidak memiliki defisit air, suhu optimal adalah 24-28° C dengan suhu minimum 18°C dan maksimal 32°C, kelembaban udara 80%, penyinaran matahari 5-7 jam/hari dan kecepatan angin 5-6 km/jam. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu (HK), regosol, andosol, organosol dan alluvial. Sifat fisik tanah yang baik untuk kelapa sawit yaitu memiliki solum setebal 80 cm, tekstur ringan, memiliki pasir 20-60%, debu 10-40%, dan liat 20-50%, kemudian memiliki perkembangan struktur baik, konsistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang, pH tanah sekitar 5-5½, dan memiliki kandungan unsur hara dalam tanah yang tinggi.
Benih kelapa sawit mengalami dormansi
(keadaan sementara istirahat tanaman) yang cukup panjang. Diperlukan aerasi
yang baik dan temperatur yang tinggi (400 C selama 80 hari) untuk memutuskan
masa dormansi agar bibit dapat berkecambah. Pada proses perkecambahan
diperlukan kelembaaban 60-80 % dengan temperatur 35 oC. Curah hujan tahunan
1.500-4.000 mm, optimal 2.000-3.000 mm/tahun. Kelapa sawit tumbuh baik pada
tanah dengan struktur gembur atau remah yang cukup tebal lapisannya dan banyak
mengandung humus dan mineral. Permukaan air tanah harus cukup dalam, sebab
perakaran kelapa sawit tidak berkembang baik pada air tanah yang dangkal.
Pengolahan tandan buah segar sampai
diperoleh minyak sawit kasar (Crude Palm Oil, CPO) dan inti sawit dilaksanakan
melalui proses yang cukup panjang. Secara ringkas urutan pengolahan kelapa
sawit yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a)
Pengangkutan buah dari kebun ke
pabrik
b)
Perebusan buah (sterilisasi)
c)
Pelepasan buah (stripping) dari
tandan dan pelumatan (digesting)
d)
Pengeluaran minyak (ekstraksi)
e)
Pemurnian dan penjernihan
minyak (klarifikasi)
f)
Pemisahan biji dari sisa-sisa
daging buah
g)
Pengeringan dan pemecahan biji
h)
Pemisahan inti dari cangkang
Pembibitan kelapa sawit biasanya memerlukan
waktu selama 12 bulan sampai siap ditanam ke lapangan, yang terdiri dari 2
tahap yaitu 3 bulan pembibitan awal (pre-nursery) dan 9 bulan pembibitan utama
(main-nursery) kemudian pembibitan
dilakukan pemupukan dengan dosis yang ditentukan. (Siregar
dan Purba,1992).
Panen dan pengolahan hasil merupakan
rangkaian terakhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit. Kegiatan ini memerlukan
teknik tersendiri untuk mendapatkan hasil yang berkualitas. Hasil panen utama
dari tanaman kelapa sawit adalah buah kelapa sawit, sedangkan hasil pengolahan
buah adalah minyak sawit. Proses pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi
pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondolan, dan mengangkutnya
dari pohon ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta ke pabrik. Pelaksanaan
pemanenan perlu memperhatikan beberapa kriteria tertentu sebab tujuan panen
kelapa sawit adalah untuk mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dengan
kualitas minyak yang baik. Kriteria panen yang perlu diperhatikan adalah matang
panen, cara panen, alat panen, rotasi dan system panen, serta mutu panen.
III.
TEMPAT
DAN WAKTU
A.
Tempat
Praktikum teknologi
pasca panen ini dilaksanakan bertempat
di PTPN V PKS sungai pagar Kabupaten Kampar Provinsi Riau.
B.
Waktu
Praktikum teknologi
pasca panen dilaksanakan pada tanggal 24 April 2014, mulai dari jam 08’00 WIB
berangkat dari Fakultas pertanian Universitas Islam Riau dan sampai dilokasi
pada pukul 09’30 WIB lalu langsung dimulai proses praktikum dengan dibimbing
oleh perwakilan dari PKS PTPN V Sei,Pagar
IV.
PEMBAHASAN
Dalam pengolahan tandan buah segar
(TBS) kelapa sawit hingga menjadi minyak CPO, ada proses yang harus dilalui dan
proses tersebut pada intinya untuk semua pabrik sama. Namun seiring dengan
perkembangan teknologi maka ada beberapa modifikasi pada masing-masing stasiun
pengolahan, untuk mendapatkan hasil yang optimal.
A. Stasuin
Penerimaan TBS
2 (dua) unit timbangan, jembatan timbangan
(weighbridge)dengan kapasitas 30.000 kg menggunakan empat load cell, perlu
disediakan dan dipasang di kantor. Loading Ramp (tempat penimbun) dengan 20 pintu
dan digerakkan secara hydraulic dengan kapasitas + 12,5 ton TBS per
pintu dipasang di ujung bangunan.
Gambar
1:Timbangan TBS
B. Penerimaan
TBS dan Sortasi/Greading Pada TBS
a.
Pemeriksaan kualitas
Buah yang masuk ke pabrik pada umumnya berasal dari kebun seinduk dan
dari pihak ketiga. Kualitas buah yang diterima pabrik harus
diperiksa tingkat kematangannya.Jenis buah yang masuk ke PKS pada umumnya
adalah Jenis Tenera dan Jenis Dura dengan spesifikasi berbeda.Kriteria matang
panen merupakan faktor penting dalam pemeriksaan kualitas buah di stasiun
penerimaan TBS.
Gambar 2:
Pemeriksaan Kualitas TBS
b.
Pensortiran/Greading
Sebelum TBS diproses menjadi CPO
dilakukan terlebih dahulu penyeleksian/pemilihan TBS. Buah yang masak dari
kreteria yang telah ditentukan, dapat diproses menjadi CPO. Sedangkan buah yang
mentah atau belum kreteria untuk dijadikan CPO belum bisa diolah,karena kadar
minyak kurang bagus untuk dijadikan CPO.
Gambar
3: Sortasi TBS
C. Stasiun
Rebusan (STERILIZER)
2 (dua) unit sterilizer dengan
ukuran diameter 2700 mm, dengan panjang + 22.000 mm yang memuat 7
(tujuh) lorry sekali merebus termasuk yang akan kami laksanakan. Lorry (fruit
cages) mempunyai kapasitas 5 ton TBS dan jumlah lorry yang kami usulkan 35
(tiga puluh lima) unit dengan memakai “bronze bushing” dan Roller Bearing. Sterilizer
akan dioperasikan secara automatic. Dengan system automatic bisa melaksanakan
perebusan “triple peak” yang kebanyakan dilaksanakan di pabrik-pabrik minyak
kelapa sawit di riau ( sei pagar ).
Gambar 4: Sterilizer/Rebusan
D. Stasuin
Penebah (Thresing Stasiun)
Power
threshing digunakan untuk memisahkan brondolan dari tandan dengan sekala yang
besar. Buah yang telah direbus dikirim kestasiun thresing untuk proses
pemisahan brondolan dari tandan. 1 (satu) unit Hoisting Crane yang dioperasikan
di atas lantai Marshalling Yard dengan ketinggian + 7 m. Fruit Cages
hanya diangkat ± 50 cm
diatas lantai jadi jauh lebih safety dari pada hoisting crane yang tingginya
14,5 m, dalam stasiun ini terdapat 2 unit power thresing.
Gambar 5: Power Thresing
E.
Stasiun press ( Pressing Station )
untuk memisahkan fraksi padat dan cair yaitu
fraksi padat campuran antara nad dengan
ampas. 2 (dua) unit
Kempa (Screw Press) dengan kapasitas 15 ton TBS/jam, buatan local Medan yang
akan digunakan. Berikut dengan 2 (dua) unit mesin pelumat (Digester) dengan
kapasitas 3500 L.
Gambar 6 :
staiun press.
F. Stasiun
Kernel (KERNEL RECOVERY PLANT)
Dalam proses distasiun kernel ini
yaitu Cracked mixture akan diproses dengan memakai proses kering yaitu “Dry
Separation Coloumn”. Pada kolom pertama, yang dikerjakan yaitu kernel utuh
dikirim langsung ke kernel silo dan pada kolom yang kedua yaitu kernel dan
sebagian cangkang (shell) akan dikirim ke hydrocyclone untuk
pemisahan selanjutnya pada kolom ketiga yaitu untuk memisahkan antara cangkang
dengan inti. Jadi di sini terjadi 3 kali pemisahan antara kernel dengan
cangkang yaitu di kolom LTDS pertama, kolom LTDS kedua kemudian di
Hydrocyclone atau claybath.
Gambar 7: Stasiun Kernel/Pemisahan Cangkang Biji Sawit
G. Stasiun Klarifikasi
Stasiun klarifikasi digunakan untuk
memisahkan minyak dari minyak kasar, mengeringkan atau mengurangi kadar air
minyak dan mengurangi kadar kotoran. Proses ini adalah proses dimana dapat
mengetahui bagus atau tidaknya minyak yang dihasilkan dari pengolahan yang
dilakukan.
Gambar 8 : stasiun klarifikasi
H. Stasiun Boiler
Stasiun ini digunakan untuk
menghasilkan uap yuang digunakan untuk merebus air. 1 (Satu) unit ketel (Steam
Boiler) diperlukan untuk proses pabrik kelapa sawit. Ketel dengan kapasitas
20.000 kg/jam, merupakan ketel pipa air (Water Tube Boiler) dan uapnya
merupakan “Superheated Steam” dan mempunyai temperatur 260°C dan tekanan 21
kg/cm².
Pada waktu mulai mengadakan
“Pengeringan (Drying Out)” ketel waktu pertama kali bahan bakar (kayu) dan
chemical supaya disediakan sendiri oleh Owner.
Gambar 9:Stasiun Boiler
I.
Pembangkit
Tenaga Listrik (Power Plant Station)
Power plant digunakan untuk
pembangkit listrik yang digunakan untuk penerangan diseluruh pabrik serta untuk
menjalankan mesin-mesin pengolahan di pabrik. 1 (Satu) unit Turbin kapasitas
900 KW dan 2 (dua) unit diesel generator set 350 KW (400 KVA) dan 200 KW
merupakan design yang di berikan untuk start up/shut down boiler gensetnya
buatan Inggris.
Gambar 10 : stasiun power plant
J.
Stasiun Water
Tratmant
Stasiun ini digunakan untuk
mengelola air baku/waduk menjadi air yang memenuhi persyaratan untuk digunakan.
Air waduk ini merupakan persyaratan pertama untuk menjalakan proses pengolahan
TBS. Air dari waduk akan disaring ketempat water tratmant kemudian air akan
dialirkan ke seluruh stasiun.
Gambar 11 : stasiun water plant
K. Instalasi Pengolahan Air Limbah (EFLUENT TREATMENT PLANT)
Pengolahan air limbah ini adalah
mengolah limbah cair untuk memenuhi baku mutu. Yang perlu diperhatikan
adalah memasang dan menyediakan cooling tower, pompa recirculation,
surface aerator dan pipa-pipa dari PVC (Leaflet terlampir).
Pembuatan
kolam-kolam di Effluent Treatment seperti Anaerobic Pond dan lain-lain, serta
pembuatan parit-parit menjadi tanggung jawab Pemilik.
Akan ada limbah 8 (delapan) kolam yaitu masing-masing
untuk :
·
Kolam Pendingin ( Cooling Pond )
2 ( dua ) unit Kolam Pendingin yang
akan berfungsi juga untuk dapat melakukan pengutipan minyak apabila terjadi
kandungan minyak pada limbah tampak terlihat . Kolam pendingin dibuat dengan
ukuran 22.000 mm X 22.000 mm ( pada bibir kolam atas ) dengan kedalaman 4.000
mm (finish level), dinding kolam dibuat miring 1:1 ( 45 derajat ) dan dilapisi
pasangan batu ( rip–rap ) dengan ukuran batu minimal 200 mm, demikian pula
untuk lantainya dibuat dengan landasan pasangan batu.
Pekerjaan penggalian tanah untuk
kolam pendingin ini akan ditunjukkan lay out di site pada posisi yang kontour
tanah yang tinggi supaya dapat memungkinkan proses selanjutnya dari kolam
pendingin ke kolam berikutnya dengan cara aliran gravitasi. Pengeluaran limbah cair yang sudah turun temperaturnya dengan pipa HDPE
diameter 300 mm dialirkan ke kolam pembiakan bakteri/mixing pond, valve yang
digunakan adalah stainless steel ball valve.
·
Kolam Pembiakan Bakteri ( Mixing
Pond )
3 ( tiga ) unit
Kolam Pembiakan Bakteri ( mixing pond )
dibuat dengan ukuran 22.000 mm X 22.000 mm
( pada bibir kolam atas ) dengan kedalaman 4.000 mm ( finish level ),
dinding kolam dibuat miring 1: 1 ( 45 derajat ) dan dilapisi pasangan batu (
rip–rap ) dengan ukuran batu minimal 200 mm, demikian pula untuk lantainya
dibuat dengan landasan pasangan batu. Pada kolam ini pH akan terkoreksi dari
4,2 akan menjadi 5,5 s/d 6.
Hal ini
dilakukan pada waktu pertama kali effluent treatment dijalankan selanjutnya
menaikkan pH dapat dilakukan dengan daur ulang ( sirkulasi ) cairan yang sudah
matang dimana pH-nya sudah diatas kurang lebih
6.
Elevasi tanah
atas ( top level ) area kolam ini harus berbeda dengan elevasi tanah atas kolam
pendingin sekurangnya 3.000 mm ( perbedaan kontour ) sehingga dapat
memungkinkan aliran gravitasi . Untuk tahap pertama pabrik kapasitas 30 ton TBS
per jam hanya dibuat kolam 2 unit saja, tetapi area level tanah disini dibuat
untuk memungkinkan menjadi 4 kolam pada saat pengembangan kapasitas pabrik
menjadi 60 ton TBS per jam.
·
Kolam Anaerobic ( Anaerobic Pond
)
2 ( dua ) unit
Kolam Anaerobic primer dengan bentuk bulat lingkaran, ukuran bibir atas kolam
adalah 44.000 mm diameter dengan kedalaman kolam tidak kurang dari 5.000 mm.
Dinding kolam
dilapisi dengan pasangan batu ukuran minmal 200 mm, kemiringan dinding adalah
1: 1 ( 45 derajat ), lantai dasar kolam dilapisi dengan pasangan batu.
Elevasi tanah
atas ( top level ) area kolam ini harus berbeda dengan elevasi tanah atas kolam
mixing sekurangnya adalah 3.500 mm, karena untuk dapat memungkinkan aliran
proses effluent treatment dengan aliran gravitasi. Aliran gravitasi dari kolam mixing ke kolam anaerobic ini dengan
menggunakan pipa HDPE diameter 300 mm dan valve jenis sounder yang digunakan.
Untuk proses
sirkulasi umpan bakeri aktif ke kolam mixing ( back mixing ) dengan menggunakan
pompa type centrifugal pump ( 2 unit ) dengan kapasitas minimal 40 m3
per jam, pipa yang digunakan adalah pipa HDPE diameter 152 mm.
·
Kolam Pengendapan ( contact pond )
2 ( dua ) unit Kolam pengendapan ( contact
pond ) yang berfungsi untuk mengendapan solid terbawa cairan dari kolam
anaerobic. Kolam ini dibuat dengan ukuran 18.000 mm X 18.000 mm dengan
kedalaman 3.000 mm, dimana dinding kolam dibuat miring dan dilapisi pasangan
batu (rip–rap) ukuran batu 200 mm, perbandingan kemiringan adalah 1 : 1 ( 45
derajat ).
Elevasi tanah area ini dibuat lebih
rendah dari elevasi tanah area kolam anaerobic tidak kurang dari 1.500 mm, hal
ini untuk pengeluaran aliran limbah yang diproses di kolam anaerobic dapat
dialirkan secara overflow.
Dua unit kolam pengendap ini bekerja
secara seri yaitu aliran overflow dari kolam anaerobic akan masuk dulu ke kolam
pengendapan no 1 dan dari kolam pengendapan no 1 akan overflow ke kolam
pengendapan no 2 . Diantara dua unit kolam ini disediakan 2 unit pompa jenis
slury pump untuk digunakan mengembalikan endapan solid kembali ke kolam
anaerobic.
Jenis pompa
dengan kapasitas tidak kurang dari 40 m3 dan pipa yang digunakan
untuk mengembalikan solid dengan pipa HDPE diameter 152 mm dan sounder valve
yang digunakan.Sedangkan pengeluaran aliran cairan dari kolam pengendapan no 2
ke kolam selanjutnya dengan aliran overflow.
·
Kolam Aerasi ( areasi pond )
1 ( satu ) unit Kolam Aerasi dipakai
untuk memperkaya cairan limbah dengan oksigen dan membunuh bakteri anaerob. Kolam tanah ini dibuat dengan
kedalaman tidak kurang dari 3.000 mm dan panjang 150.000 X lebar tidak kurang dari 50.000 mm, dinding
kolam dibuat dengan kemiringan 1: 1 ( 45 derajat ). Untuk memperkaya pemasukan oksigen terhadap cairan limbah ini, maka di
kolam ini dilengkapi dengan 3 unit Arerator
system 3Kw.
Elevasi tanah area kolam ini
dibuat lebih rendah dari area kolam pengendapan ( contact pond ), karena aliran yang
diharapkan adalah dengan overflow.
·
Kolam Pelepasan
Satu ( 1 ) unit Kolam pelepasan
dipakai untuk memberikan kesempatan perbaikan pH sebelum limbah dilepaskan
keluar.Kolam tanah ini dibuat dangkal
dengan isi 3.000 m3 dan kedalaman 2 m.Kolam ini adalah kolam
terakhir dalam proses air limbah, selanjutnya cairan dibuang ke sungai dengan
cara over flow, dan dilengkapi dengan basculator untuk perhitungan debit
pembuangan limbah.
Gambar 12 : Pengolahan Limbah Menjadi Tanah Solid
V.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk memperoleh CPO yang baik dilakukan
langkah-langkah yang benar sehingga mendapatkan hasil yang maximal, diantaranya
adalah sortasi buah, perebusan buah, melakukan tressing, dilakukan pressing
pada tandan, memisahkan cangkang dari inti ( kernel ), memisahkan minyak kasar
( klarifikasi ), menghasilkan uap ( boiler ),
pembangkitan tenaga listrik ( power plant ), pengolahan air waduk (
water tratmant ) sehingga dengan melakukan tahap-tahap tersebut dengan baik
akan menghasilkan minyak CPO yang dengan kualitas yang baik.
B. Saran
Bahwa dalam melakukan kegiatan
pengolahan buah kelapa sawit menjadi CPO harus menggunakan SEPTI atau alat
pelindung agar tidak terjadi kecelakaan selama mengolah dengan menggunakan
mesin sehingga untuk menimallisir kecelakaan yang terjadi dan dalam tahap
pengolahan CPO yang baik hingga dapat CPO yang berkualitas/mutu yang baik untuk
dipasarkan kepasar nasional atau bahkan internasional.
DAFTAR PUSTAKA
Anonym, 2014. Makalah Panen dan
Pasca Panen
Cahyono, B. (1999). Usaha Tani Dan Penanganan Pasca Panen. Yogyakarta:
kanisius.
Gunstone, F.D. dan F.A. Norris. 1983. Lipids in Foods Chemistry,
Biochemistry and Technology. Pergamon
Press, New York.
Hui, Y.H. 1996. Bailey’s Industrial Oil and fat
Products. 5th Edition, Vol.
1. Edible Oil and Fat Products : General Applications. A Wiley-Interscience Publication, John Wiley
and Sons Inc., New York.
Kader, A. A. (2002). post harvest tecnology of horticultural crops.
california: university of california.
Ketaren, S. 1986.
Pengantar Teknologi Pangan. UI Press, Jakarta.
Kiswanto, Purwanta, Jamhari Hadi Purwanta dan bambang Wijayanto. (2008).
Teknologi Budidaya Kelapa Sawit. Lampung: Balai Pengkajian Dan Pengembangan
Teknologi Pertanian Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian.
M Ragis, Rio dan Hariyadi. (2008). Manajemen Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis
Guineensis Jacq.) Di Gunung Kemasan Estate, Pt. Bersama Sejahtera Sakti,
Minamas Plantation,Pulau Laut, Kalimantan Selatan.
Riniarti, Dewi dan Bambang Utoyo. (2012). Budidaya Tanaman Kelapa Sawit.
Malang: Wineka Media.
Risza, S. 2010. Masa Depan Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia.
Kanisius. Yogyakarta.225,hal.
Sumardjo. 2010. Komunikasi organisasi p.291-309. Dalam
A.V.S Hubeis (Ed). Dasar - Dasar Komunikasi. Sains KPM IPB Press. Bogor
Sudiarto, F. (2000). Dasar
Pengawetan Pangan. yogyakarta: kanisius.
Panca wardanu, Adha.2009.Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit.
Pahan. I. 2008. Kelapa sawit:
manajemen agribisnis dari hulu hingga hilir. Penebar swadaya. Jakarta.
411 hal.
Winarno, F.G. 1981. Fisiology Lepas Panen. Sastra Hudaya
Jakarta..
Wahyudi, Roni. (2013). Panen dan Proses Panen Kelapa
Sawit.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi
1.
Bayu seprayogi 2. Saiful
Huda 3. Firman Syah 4. Anas Rima Albeni
PKS Sei.Pagar Kab.Kampar Kiri PTPN V
RIWAYAT
HIDUP
Firman
syah
lahir di Air Molek, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau. Setelah duduk
dibangku sekolah dasar,tetapi sini bukan di air molek karena mengikuti orang
tua(ayah) kerohil tepatnya kecamatan pasir limau kapas kabupaten rokan
hilir,setelah masuk sd 027 palika(pasir limau kapas),kenaikan kelas lalu saya
pindah lagi ke kec.bangko tepatnya bagansiapiapi kab. Rokan hilir saya
melanjutkan sekolah saya di sd 006 dn langsung melanjutkan dari kelas
2,kemudian melanjutkan sekolah di MTS Datuk Batu Hampar bagansiapiapi dan
melanjutkan lagi sekolah di SMA Muhammadiyah bagansiapiapi, Riau. Pendidikan
sarjana ditempuh di Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau ( Pekanbaru ) ia
mengambil jurusan agroteknologi yang berhubungan dengan budidaya tanaman yang
berkaitan dengan alam hingga melakukan bisnis. Sejak di bangku SD dia suka
menggambar,. Selain itu dia suka berolah raga seperti sepak bola, bola voli,
badminton takraw, tetapi yang ditekuni adalah olah raga sepak bola, hingga
mengikuti ajang tournamen antar kecamatan .dan posisinya adalah sayap kiri.dan
ia juga salah satu juara 2 OSN(Olimpiade Sain Nasional) ditingkat kecamatan
hingga sampai di tingkat kabupaten,waktu itu ia mengambil mata pelajaran kimia
dan berhasil unggul dari teman-teman yang lain,dan sebagai perwakilan kab.rokan
hilir yang akan ikut bertanding kepekanbaru saat itu likasinya di hotel Mutiara
Merdeka pekanbaru,mengikuti kuliah di universitas islam riau banyak melakukan
bercocok tanam salah satunya adalah tanaman cabai,jagung,kedele dan lain-lain
selain itu diajuga ikut organisasi di fakultasnya yaitu FSI AL-IZZAH organisasi
ini ialah organisasi yang banyak berkaitan dengan dakwah dan semuanya tentang
islam,kenapa ia mengambil organisasi ini sebagai organisasinya,disini bukan
hanya diajarkan kepintaran intelektual tetapi disini juga diajarkan ilmu
agama,keperibadian,ahklak sopan santun dan lain sebagainya.alhamdulillah di FSI
AL-IZZAH ini ia dipercaya sebagai ketua di organisasi ini,dan pernah mengikuti
MUNAS(Musyawarah Nasional) IV IMMPERTI sebagai perwakilan dari FAPERTA UIR, di
bogor tepatnya di IPB(Institut Pertanian Bogor).ia juga tergabung dalam
organisasi besar indonesia yaitu IMMPERTI (Ikatan Mahasiswa Muslim Pertanian
Indonesia).Dan juga ia memperoleh beasiswa dari DIKTI,dan ia juga ikut
tergabung dalam organisasi besar Universitas Islam Riau yaitu ORBISI(Organisasi
Bidikmisi).dan ia juga sebagai Pementor dalam kajian islam yaitu Mentoring.dan
juga pernah mendapatkan sertifikat mentoring dengan nilai yang sangat bagus(A)
selama mengikuti MENTORING.dan sekarang lagi mempelajari PHOTOSHOP sebagai ilmu
tambahan di Universitas Islam Riau Pekanbaru.
Bayu Seprayogi
lahir didesa reharjo Kabupaten Indragiri Hulu, Lirik Provinsi Riau tanggal
lahir 26 September 1993. SD 011 Air Molek, kemudian melanjutkan sekolah di SMP
1 Air Lirik, dan melanjutkan lagi
sekolah di SMK N 1 Air Molek, Riau. Pendidikan sarjana ditempuh di Fakultas
Pertanian Universitas Islam Riau ( Pekanbaru ) ia mengambil jurusan
agroteknologi yang berhubungan dengan alam. Sejak di bangku SMP dia gemar
memancing dan beeternak. Ia merupakan sosok orang rajin dan penuh semangat.
Waktu dibangku SMK dia sudah melakukan usaha yaitu usaha ternak ayam dan angsa,
kemudian penghasilan selalu dia terima dengan keuntungan yang banyak. Selama
mengikuti kuliah di universitas islam Riau dia mencoba berbagai hal yang
menghasilkan ide yang bagus, seperti teknik perbanyakan tanaman, budidaya
tanaman yang sangat baik pertumbuhannya.
Saiful Huda
lahir di Titian Resak tanggal 25 Februari 1993, Kabupaten Indragiri Hulu,
Provinsi Riau. Setelah duduk dibangku TK ia mekanjutkan sekolah dasar, kemudian
melanjutkan sekolah di SMP N 1 Seberida dan melanjutkan lagi sekolah di SMK N1
seberida, Riau. Pendidikan sarjana ditempuh di Fakultas Pertanian Universitas
Islam Riau ( Pekanbaru ) ia mengambil jurusan agroteknologi yang nerhubungan
dengan alam yang dibudidayakan hingga melakukan bisnis. Sejak di bangku SD dia
suka menggambar, Waktu itu ia sampai mengikuti lomba menggambar antar sekolah
dan memperoleh sertifikat. Selain itu dia suka berolah raga seperti sepak bola,
bola voli, badminton, tetapi yang ditekuni adalah olah raga sepak bola, hingga
mengikuti ajang tournamen antar kecamatan. Selama mengikuti kuliah di
universitas islam riau banyak melakukan bercocok tanam salah satunya adalah
tanaman hias, selain itu dia mengikuti kerohanian islam. Selama kuliah di
Universitas Islam Riau, ada bidang yang diikuti atau dipelajari yaitu bidang
komputer dan potografi, serta mempelajari tentang perangkat software. Selama
mengasah ilmu di Universitas Islam Riau ia pun mengikuti Organisasi IPMKS ( Ikatan Pelajar Mahasiswa
Kecamatan Seberida ) dengan jabatan sekertaris.
Usaha yang dikembangkan pada waktu itu adalah usaha ternak ikan lele
dengan populasi yang besar. Usaha yang dijalankan dalam keadaan lancar dan
menghasilkan ikan lele yang sangat banyak, meskipun selama melakukan usaha ia
mengalami hambatan-hambatan yang hampir memutuskan semangatnya, namun ia terus
berjuang dengan mencari hal bagaimana cara mengatasi hambatan tersebut dan
akhirnya masalah itu bisa diatasi dengan baik.
Anas Rima Albeni
lahir di desa lubuk raja,kecamatan bandar petalanganKab.Pelalawan 02 Juni 1993,
Provinsi Riau.SD 007 Lubuk Keranji, kemudian melanjutkan sekolah di Mts
AL-Qhosimiah Sorek 1, dan melanjutkan
lagi sekolah di SMK N 1 Pangkalan Krinci, Riau. Pendidikan sarjana ditempuh di
Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau ( Pekanbaru ) ia mengambil jurusan
agroteknologi yang berhubungan dengan alam. Sejak di bangku SD dia suka bermain
sepak bola sebagai bek kanan. Selama mengikuti kuliah di universitas islam riau
banyak melakukan bercocok tanam salah satunya adalah tanaman cabai, selain itu
dia mengikuti kerohanian islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar