Pages

Rabu, 28 Mei 2014

TEKNOLOGI PASCA PANEN



TEKNOLOGI PASCA PANEN
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbilalamiin, Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka laporan Praktikum Teknologi Pasca Panen ini dapat diselesaikan.
Penulisan laporan ini adalah merupakan salah satu persyaratan untuk  Tugas Mata Kuliah Teknologi Pasca Panen.  Dalam Penulisan Laporan ini penulis  merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang penulis  miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan laporan ini. Juga tidak lupa terima kasih penulis ucapkan kepada Dosen mata kuliah Teknologi Pasca Panen Ir.Hj.T.Rosmawaty,Msi dan Asisten Teknologi Pasca Panen Noer Arif Hardi dan Nopi Suratna serta teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan Teknologi Pasca Panen ini.
Semoga Laporan ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amiin.



                                                                                      Pekanbaru, Mei 2014
                                                                                               
                                                                                                      Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................... ...  i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ...  ii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ ...  iii
I. PENDAHULUAN............................................................................................ ...  1
A. Latar Belakang.......................................................................................... ...  1
B. Tujuan........................................................................................................ ...  4
II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................. ...  5
III. TEMPAT DAN WAKTU.............................................................................. ...  11
A. Tempat....................................................................................................... ...  11
B. Waktu........................................................................................................ ...  11
IV. PEMBAHASAN............................................................................................ ...  12
A.    Stasuin Penerimaan TBS............................................................................... 12
B.     Penerimaan TBS dan Sortasi/Greading Pada TBS........................................            13
C.     Stasiun Rebusan (STERILIZER) ..................................................................           14
D.    Stasuin Penebah (Thresing Stasiun) ............................................................. 14
E.     Stasiun press ( Pressing Station ) ..................................................................            15
F.      Stasiun Kernel (KERNEL RECOVERY PLANT) .......................................           15
G.    Stasiun Klarifikasi......................................................................................... 16
H.    Stasiun Boiler ................................................................................................            17
I.       Pembangkit Tenaga Listrik (Power Plant Station) ....................................... 17
J.       Stasiun Water Tratmant ................................................................................            18
K.    Instalasi Pengolahan Air Limbah (EFLUENT TREATMENT PLANT)......            18
IV. PENUTUP...................................................................................................... ...  23
A. Kesimpulan................................................................................................ ...  23
B. Saran.......................................................................................................... ...  23
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... ...  24
LAMPIRAN......................................................................................................... .... 25




DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran                                                                                                       Halaman
1.    Dokumentasi…………….................................................................................   25
2.    Riwayat Hidup..................................................................................................  26


I.                   PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit ( Elaeis guineensis jacq ) merupakan salah satu tanaman perkebunan di indonesia yang memiliki masa depan yang cukup cerah. Kelapa sawit bukanlah tanaman asli Indonesia  namun kedatangan kelapa sawit ke Indonesia malah menambah komoditas ekspor di Indonesia. Minyak olahan kelapa sawit menjadi komoditas ekspor yang handal di Indonesia, pangsa pasr di dalam negeri cukup besar dan pasaran ekspornya senantiasa terbuka.
Asal tanaman kelapa sawit, untuk secara pasti belum di ketahui, namun ada dugaan kuat, tanaman kelapa sawit berasal dari dua tempat yaitu, amerika selatan ( untuk spesies Elaeis melanococca atau Elaeis oleivera ) dan afrika ( guenia ) ( untuk spesies Elaeis guineen sis ).
Sampai saat ini kedua spesies  di atas  sudah menyebar ke seluruh dunia ber iklim tropis, termasuk Indonesia. Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman komoditas perkebunan  yang cukup penting di Indonesia  karena masa depannya yang cukup menguntungkan. Kelapa sawit adalah tanaman pengahasil minyak nabati yang dapat di andalkan , karena minyak yang di hasilkan memiliki keunggulan jika di bandingkan dengan minyak hasil olahan lainnya, keunggulannya antara lain, memiliki kadar kolesterol yang rndan bahkan non kolestrol.
Konsumsi minyak sawit makin lama semakin meningkat, dan permintaan konsumen pun makin lama semakin banyak, tidak mungkin kebutuhan minyak  sawit ini dapat di penuhi oleh malasya, Nigeria, dan pantai gading saja, sebagai produsen utama.Beberapa pengkaji social – ekonomi komoditas perkebunan menyatakan optimism lain, bahwa, prospek perkembangan minyak sawit di masa yang akan dating akan lebih cerah dari pada kopi dan karet olahan, walaupun sekarang minyak kelapa sawit masih memberikan sumbangsih devisa perolehan ekspor ketiga di Indonesia, yaitu 203,5 juta US dollar ( menurut laporan biro pusat statistic, 1990.
Untuk mencapai semuanya tanaman kelapa sawit harus melewati rentang waktu yang cukup panjang , dari di datangkannya tanaman kelapa sawit pada tahun 1848, dan baru di budidayakan secara komersial dalam bentuk perkebunan pada tahun 1911. Jadi , kelahiran perkebunan kelapa sawit membutuhkan waktu sekitar 63 tahun.Awal mulanya tanaman kelapa sawit di Indonesia , hanya sekedar berperan sebagai tanaman hias langka di kebun raya bogor, itu terjadi mulai tahun 1848,  ketika pemerintah kolonial belanda  mendatangkan empat batang bibit kelapa sawit dari Mauritius dan Amsterdam ( masing – masing dua batang ) kelapa sawit di tanam di jalan – jalan karena potensi sesungguhnya belum di ketahui. Pemerintah colonial belanda yang lebih tahu tentang segi ekonomis kelapa sawit, berusaha menarik minat masyarakat Indonesia dengan melakukan beberapa percobaan pembudidayaan kelapa sawit beserta penyuluhannya, di muara enim ( tahun 1869 ), musi hulu ( 1870 ), dan di Belitung ( 1890 ), namun hasilnya belum meaksimal, masyarakat perkebunan masih ragu - ragu terhadap prospek ekonomis perkebunan kelapa sawit, juga terhadap cara pemrosesan kelapa sawit menjadi minyak sawit.
Mulai tahun 1911, barulah kelapa sawit mulai di budidayakan secara komersial. Oramg yang merintis usaha ini adalah Adrien hallet, seorang belgia yang telah belajar banyak tentang tanaman kelapa sawit di afrika. Ia mengusahakan perkebunannya di sungai liput ( aceh ) dan di pulu radja ( asahan ).
Rintisan Hallet ini kemudian di ikuti oleh K. schadt, seorang jerman yang mengusahakan perkebunannya di tanah itan ulu ( deli ). Kemungkinan  bibit kelapa sawit yang digunakan adalah kelapa sawit deli ( asumsi yang timbul karena perkebunan K. schadt diselenggarakan di deli ) A. Hallet punya pendapat menarik, bahwa kelapa sawit deli ternyata lebih produktif, komposisi buahnya  juga lebih baik dibandingkan dengan kelapa sawit dari pantai barat afrika. Budidaya kelapa sawit secara komersial oleh A. Hallet dan diikuti oleh K. Schadt ini, menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
Ekspor minyak ( CPO ) dan minyak ( PKO )masing – masing 576 ton dan 850 ton ( dari tahun 1919 hingga 1923 ) pada masa ini, permintaan minyak sawit di pasaran dunia memang sedang meningkat sejalan dengan makin berkembangnya industry di Eropa, beberapa prestasi bagus memang kemudian diraih oleh perkebunan besar kelapa sawit.
Areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia bertambah luas ( pada tahun 1916 seluas 1.272 ha, sedangkan tahun 1938 bertambah luas menjadi 92.307 ha ), lalu banyak didirikan pabrik pengolahan kelapa sawit yang modern dan balai – balai penelitian kelapa sawit, sehingga teknis budidaya dan managemen perkebunan bukan lagi suatu masalah,  namun perkebunan kelapa sawit pernah mengalami perhentian produksi, pada masa pendudukan jepang di Indonesia, karena jepang lebih mengutamakan tanaman pangan dari pada tanaman industri, untuk kebutuhan logistik perang, selama masa pendudukan jepang di Indonesia, kelapa sawit kehilangan 16% dari lahan perkebunannya.
Seluruh areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia dikelola dalam bentuk Perkebunan Rakyat, Perkebunan Besar dan Perkebunan Inti Rakyat. Perkebunan Besar  terdiri dari Perkebunan Besar Negara (PTPN) dan Perkebunan Besar Swasta. Selanjutnya Perkebunan Besar Swasta dibagi lagi menjadi Perkebunan Besar Swasta Nasional dan Perkebunan Besar Swasta Asing. Pola Perkebunan Inti Rakyat diterapkan agar Perusahaan Besar yang bertindak sebagai inti dapat membantu meningkatkan kinerja Perkebunan Rakyat melalui kerjasama yang saling menguntungkan sehingga dalam era  globalisasi Perkebunan Rakyat mampu bertahan menghadapi persaingan yang sangat tinggi.
Perkebunan kelapa sawit merupakan bidang usaha yang sangat menarik bagi investor domestik maupun asing. Hal ini dapat terlihat dari pesatnya pertumbuhan perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Daya tarik perkebunan kelapa sawit terletak pada besarnya manfaat ekonomi (mikro dan makro), politik dan sosial yang diperoleh dari usaha ini. Manfaat ini telah menempatkan komoditi kelapa sawit sebagai salah satu unggulan dalam perekonomian nasional.
Secara nyata, rakyat indonesia telah merasakan manfaat ekonomi, politik dan sosial dari perkebunan kelapa sawit, tetapi masih banyak kalangan yang jarang akurat menterjemahkan manfaat-manfaat tersebut  terutama dalam kaitan dengan prospek bisnis dan investasi. Hal ini mengakibatkan beberapa industri terkait ke k hilir (forward-linkage industry) maupun industri terkait ke hulu (backward-linkage industry) dengan perkebunan kelapa sawit tidak mampu merespon atau menindak lanjuti dengan cepat dan tepat perkembangan yang pesat dalam perkebunan kelapa sawit.
B.       Tujuan
1.      untuk mengetahui bagaimana cara pengolahan minyak kelapa sawit ( CPO )
2.      untuk mengetahui alat-alat mesin yang digunakan dalam mengolah buah kelapa sawit menjadi CPO.
3.      Untuk mengetahui dan memahami fungsi dari alat-alat mesin yang digunakan untuk mengolah buah kelapa sawit menjadi CPO.

II.                TINJAUAN PUSTAKA

Asal tanaman kelapa sawit (Elaeis giuneensis jack.) secara pasti belum bisa diketahui. Namun, ada dugaan kuat tanaman ini berasal dari dua tempat, yaitu Amerika Selatan dan Afrika (Guenia). Spesies Elaeis melanococca atau Elaeis oleivera diduga berasal dari Amerika Selatan dan spesies Elaeis guineensis berasal dari Afrika (Guenia).
     Kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat diandalkan, karena minyak nabati merupakan produk utama yang bisa dihasilkan dari kelapa sawit. Potensi produksinya per hektar mencapai 6 ton per tahun, bahkan lebih. Jika dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak lainnya (4,5 ton per tahun), tingkat produksi ini termasuk tinggi. Minyak nabati yang dihasilkan dai pengolahan buah kelapa sawit berupa minyak sawit mentah (CPO atau crude palm oil) yang berwarna kuning dan minyak inti sawit (PKO atau palm kernel oil) yang tidak berwarna (jernih). CPO atau PKO banyak digunakan sebagai bahan industri pangan (minyak goreng dan margarin), industri sabun, baja, tekstil, kosmetik, dan sebagai bahan baker alternatife (minyak diesel).
Komoditi perkebunan memiliki peranan yang nyata dalam memajukan perekonomian dan pertanian di Indonesia. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya taraf hidup petani, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan devisa negara. Salah satu komoditas perkebunan penting di Indonesia adalah kelapa sawit. Kelapa sawit merupakan primadona ekspor non migas, oleh karena itu komoditi ini selalu menjadi pilihan banyak pengusaha untuk menanamkan modalnya.Perkebunan kelapa sawit di Indonesia dimulai sejak tahun 1911 di Sumatra Utara.
Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit mengalami banyak kemajuan sampai dengan pecahnya perang pasifik pada tahun 1940. Kemajuan perkebunan kelapa sawit ini didukung oleh lembaga-lembaga penelitian yang telah berdiri sampai dengan sekarang ini.
Ke1apa sawit bukan tanaman asli Indonesia namun saat ini kelapa sawit menjadi salah satu sumber daya pangan, pemasok kebutuhan minyak nabati nasional menggantikan ke1apa (Cocos nucifera). Di Indonesia minyak kelapa sawit mentah mulai dipergunakan sebagai bahan minyak goreng pada tahun 1980 ketika terjadi kelangkaan minyak goreng.
Produk utama kelapa sawit yang dimanfaatkan adalah tandan buahnya yang menghasilkan minyak dari daging buah dan kernel (inti sawit). Industri olahan minyak kelapa sawit dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu dalam industri pangan (misalnya pembuatan minyak goreng, lemak pangan, margarin, kue, es krim, dan permen) dan dalam industri non pangan (misalnya pembuatan sabun, detergen, dan surfaktan, pelunak, pelapis, ramuan komponen karet, pelumas, dan kosmetik.
Pada saat ini telah dikenal beberapa varietas unggul kelapa sawit yang dianjurkan untuk ditanam di perkebunan. Varietas-barietas unggul tersebut dihasilkan melalui hibridisasi atau persilangan buatan antara varietas Dura sebagai induk betina dengan varietas Pisifera sebagai induk jantan. Terbukti dari hasil pengujian yang dilakukan selama bertahun-tahun, bahwa varietas-varietas tersebut mempunyai kualitas yang lebih baik dibandingkan varietas lainnya.
PT. Sampoerna Agro Tbk. merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri kelapa sawit. Pelaksanaan pembudidayaan yang telah bertahun-tahun ini membuat perusahaan telah berpengalaman dalam pengembangan, pendekatan sosial dan lingkungan. Selain itu, luas areal yang dimiliki oleh perusahaan tersebut membuktikan bahwa perusahaan tersebut terus berkembang seiring dengan waktu Tanaman kelapa sawit berasal dari Guinea (pantai barat Afrika). Tanaman kelapa sawit (Elaies guineensis Jacq) termasuk anggota famili Palmae yang merupakan golongan tanaman keras penghasil minyak nabati. Berdasarkan taksonominya, tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam divisi Tracheophita, kelas Angiospermeae, subkelas Monocotyledoneae, ordo Cocoideae, famili Palmae, subfamili Elaeis, spesies Elaies guineensis Jacq.
Kelapa sawit termasuk tanaman berumah satu (monocious) yaitu tanaman yang memiliki bunga jantan dan bunga betina dalam satu tanaman. Kedua jenis bunga tersebut keluar dari ketiak pelepah daun dan berkembang secara terpisah. Bunga dapat menyerbuk sendiri maupun menyerbuk bersilang. Tanaman kelapa sawit dapat dibagi menjadi bagian vegetatif dan generatif. Bagian vegetatif terdiri atas akar, batang, dan daun, sedangkan bagian generatif yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan adalah bunga dan buah.
Deli Dura merupakan induk bagi sebagian besar tanaman kelapa sawit komersial yang saat ini ditanam di dunia. Material genetik lain yang dimiliki PPKS merupakan hasil introduksi dari Afrika maupun Amerika Selatan. Salah satu material yang diintroduksi dari Zaire adalah Tenera/Pisifera Binga, dilakukan pada 1987 oleh Balai Penelitian Perkebunan Medan. Material ini akan menjadi fokus penelitian pada 2006 untuk tujuan karakterisasi dan eksploitasi, mengingat mempunyai prospek dan potensi untuk dikembangkan terutama dari karakter kandungan minyak yang tinggi dan pertumbuhan meninggi yang lambat.
Kegiatan karakterisasi mengacu pada Descriptor for Oil Palm. Karakter yang diamati adalah seluruh bagian tanaman yang dapat diidentifikasi sebagai pembeda dengan tanaman kelapa sawit lain. Pembeda yang dimaksud harus mengacu pada kebaruan, keunikan, keseragaman, dan kestabilan suatu varietas. Hal ini merupakan standar yang ditetapkan oleh Kantor Pusat PVT Jakarta untuk pengajuan koleksi yang akan dilindungi, sedangkan keragaan hasil silang balik antara Elaeis oleifera dan Elaeis guineensis antara lain laju pertumbuhan meninggi yang lambat pada beberapa persilangan yang terbaik, yaitu berkisar antara 30-40 cm/thn, kemudian memiliki karakter tajuk kecil sehingga dapat ditanam dengan densitas tinggi per hektar, memiliki kualitas minyak yang cukup baik jika ditinjau dari kandungan oleat, asam lemak tidak jenuh, beta karoten yang lebih tinggi dibandingkan Elaeis guineensis, dan apabila ditinjau dari hasil analisis pada satu populasi silang balik generasi pertama maka dapat ditemukan rerata kandungan beta karoten lebih tinggi dari 1000 ppm, bahkan nilai tertinggi dapat mencapai 2118.63 ppm                         
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik pada daerah tropikal basah di sekitar lintang utara-selatan 12° pada ketinggian 0-500 m di atas permukaan laut. Jumlah curah hujan yang baik adalah 2000-2500 mm/tahun, tidak memiliki defisit air, suhu optimal adalah 24-28° C dengan suhu minimum 18°C dan maksimal 32°C, kelembaban udara 80%, penyinaran matahari 5-7 jam/hari dan kecepatan angin 5-6 km/jam. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu (HK), regosol, andosol, organosol dan alluvial. Sifat fisik tanah yang baik untuk kelapa sawit yaitu memiliki solum setebal 80 cm, tekstur ringan, memiliki pasir 20-60%, debu 10-40%, dan liat 20-50%, kemudian memiliki perkembangan struktur baik, konsistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang, pH tanah sekitar 5-5½, dan memiliki kandungan unsur hara dalam tanah yang tinggi
.
Benih kelapa sawit mengalami dormansi (keadaan sementara istirahat tanaman) yang cukup panjang. Diperlukan aerasi yang baik dan temperatur yang tinggi (400 C selama 80 hari) untuk memutuskan masa dormansi agar bibit dapat berkecambah. Pada proses perkecambahan diperlukan kelembaaban 60-80 % dengan temperatur 35 oC. Curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm, optimal 2.000-3.000 mm/tahun. Kelapa sawit tumbuh baik pada tanah dengan struktur gembur atau remah yang cukup tebal lapisannya dan banyak mengandung humus dan mineral. Permukaan air tanah harus cukup dalam, sebab perakaran kelapa sawit tidak berkembang baik pada air tanah yang dangkal.
Pengolahan tandan buah segar sampai diperoleh minyak sawit kasar (Crude Palm Oil, CPO) dan inti sawit dilaksanakan melalui proses yang cukup panjang. Secara ringkas urutan pengolahan kelapa sawit yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a)    Pengangkutan buah dari kebun ke pabrik
b)   Perebusan buah (sterilisasi)
c)    Pelepasan buah (stripping) dari tandan dan pelumatan (digesting)
d)   Pengeluaran minyak (ekstraksi)
e)    Pemurnian dan penjernihan minyak (klarifikasi)
f)    Pemisahan biji dari sisa-sisa daging buah
g)   Pengeringan dan pemecahan biji
h)   Pemisahan inti dari cangkang
Pembibitan kelapa sawit biasanya memerlukan waktu selama 12 bulan sampai siap ditanam ke lapangan, yang terdiri dari 2 tahap yaitu 3 bulan pembibitan awal (pre-nursery) dan 9 bulan pembibitan utama (main-nursery) kemudian pembibitan dilakukan pemupukan dengan dosis yang ditentukan. (Siregar dan Purba,1992).
Panen dan pengolahan hasil merupakan rangkaian terakhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit. Kegiatan ini memerlukan teknik tersendiri untuk mendapatkan hasil yang berkualitas. Hasil panen utama dari tanaman kelapa sawit adalah buah kelapa sawit, sedangkan hasil pengolahan buah adalah minyak sawit. Proses pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta ke pabrik. Pelaksanaan pemanenan perlu memperhatikan beberapa kriteria tertentu sebab tujuan panen kelapa sawit adalah untuk mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dengan kualitas minyak yang baik. Kriteria panen yang perlu diperhatikan adalah matang panen, cara panen, alat panen, rotasi dan system panen, serta mutu panen.










III.             TEMPAT DAN WAKTU

A.           Tempat
Praktikum teknologi pasca panen ini  dilaksanakan bertempat di PTPN V PKS sungai pagar Kabupaten Kampar Provinsi Riau.
B.            Waktu
Praktikum teknologi pasca panen dilaksanakan pada tanggal 24 April 2014, mulai dari jam 08’00 WIB berangkat dari Fakultas pertanian Universitas Islam Riau dan sampai dilokasi pada pukul 09’30 WIB lalu langsung dimulai proses praktikum dengan dibimbing oleh perwakilan dari PKS PTPN V Sei,Pagar










IV.             PEMBAHASAN

Dalam pengolahan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit hingga menjadi minyak CPO, ada proses yang harus dilalui dan proses tersebut pada intinya untuk semua pabrik sama. Namun seiring dengan perkembangan teknologi maka ada beberapa modifikasi pada masing-masing stasiun pengolahan, untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Dasar pengolahan TBS kelapa sawit secara umum adalah sebagai berikut;
A.      Stasuin Penerimaan TBS
2 (dua) unit timbangan, jembatan timbangan (weighbridge)dengan kapasitas 30.000 kg menggunakan empat load cell, perlu disediakan dan dipasang di kantor. Loading Ramp (tempat penimbun) dengan 20 pintu dan digerakkan secara hydraulic dengan kapasitas + 12,5 ton TBS per pintu dipasang di ujung bangunan.
       
                                            Gambar 1:Timbangan TBS




B.       Penerimaan TBS dan Sortasi/Greading Pada TBS
a.         Pemeriksaan kualitas
Buah yang masuk ke pabrik pada umumnya berasal dari kebun seinduk dan dari pihak ketiga. Kualitas buah yang diterima pabrik harus diperiksa tingkat kematangannya.Jenis buah yang masuk ke PKS pada umumnya adalah Jenis Tenera dan Jenis Dura dengan spesifikasi berbeda.Kriteria matang panen  merupakan faktor penting dalam pemeriksaan kualitas buah di stasiun penerimaan TBS.
               
                           Gambar 2: Pemeriksaan Kualitas TBS
b.        Pensortiran/Greading
Sebelum TBS diproses menjadi CPO dilakukan terlebih dahulu penyeleksian/pemilihan TBS. Buah yang masak dari kreteria yang telah ditentukan, dapat diproses menjadi CPO. Sedangkan buah yang mentah atau belum kreteria untuk dijadikan CPO belum bisa diolah,karena kadar minyak kurang bagus untuk dijadikan CPO.
 
                                Gambar 3: Sortasi TBS
C.      Stasiun Rebusan (STERILIZER)
2 (dua) unit sterilizer dengan ukuran diameter 2700 mm, dengan panjang + 22.000 mm yang memuat 7 (tujuh) lorry sekali merebus termasuk yang akan kami laksanakan. Lorry (fruit cages) mempunyai kapasitas 5 ton TBS dan jumlah lorry yang kami usulkan 35 (tiga puluh lima) unit dengan memakai “bronze bushing” dan Roller Bearing. Sterilizer akan dioperasikan secara automatic. Dengan system automatic bisa melaksanakan perebusan “triple peak” yang kebanyakan dilaksanakan di pabrik-pabrik minyak kelapa sawit di riau ( sei pagar ).


 
Gambar 4: Sterilizer/Rebusan
D.      Stasuin Penebah (Thresing Stasiun)
Power threshing digunakan untuk memisahkan brondolan dari tandan dengan sekala yang besar. Buah yang telah direbus dikirim kestasiun thresing untuk proses pemisahan brondolan dari tandan. 1 (satu) unit Hoisting Crane yang dioperasikan di atas lantai Marshalling Yard dengan ketinggian + 7 m. Fruit Cages hanya diangkat ± 50 cm diatas lantai jadi jauh lebih safety dari pada hoisting crane yang tingginya 14,5 m, dalam stasiun ini terdapat 2 unit power thresing.

    
Gambar 5: Power Thresing
E.        Stasiun press ( Pressing Station )
 untuk memisahkan fraksi padat dan cair yaitu fraksi  padat campuran antara nad dengan ampas. 2 (dua) unit Kempa (Screw Press) dengan kapasitas 15 ton TBS/jam, buatan local Medan yang akan digunakan. Berikut dengan 2 (dua) unit mesin pelumat (Digester) dengan kapasitas 3500 L.
  
Gambar 6 : staiun press.
F.       Stasiun Kernel (KERNEL RECOVERY PLANT)
Dalam proses distasiun kernel ini yaitu Cracked mixture akan diproses dengan memakai proses kering yaitu “Dry Separation Coloumn”. Pada kolom pertama, yang dikerjakan yaitu kernel utuh dikirim langsung ke kernel silo dan pada kolom yang kedua yaitu kernel dan sebagian cangkang (shell) akan dikirim                      ke hydrocyclone untuk pemisahan selanjutnya pada kolom ketiga yaitu untuk memisahkan antara cangkang dengan inti. Jadi di sini terjadi 3 kali pemisahan antara kernel dengan cangkang yaitu di kolom LTDS pertama, kolom LTDS kedua kemudian  di Hydrocyclone atau claybath.
     
Gambar 7: Stasiun Kernel/Pemisahan Cangkang Biji Sawit
G.      Stasiun Klarifikasi
Stasiun klarifikasi digunakan untuk memisahkan minyak dari minyak kasar, mengeringkan atau mengurangi kadar air minyak dan mengurangi kadar kotoran. Proses ini adalah proses dimana dapat mengetahui bagus atau tidaknya minyak yang dihasilkan dari pengolahan yang dilakukan.
  
Gambar 8 : stasiun klarifikasi

H.      Stasiun Boiler
Stasiun ini digunakan untuk menghasilkan uap yuang digunakan untuk merebus air. 1 (Satu) unit ketel (Steam Boiler) diperlukan untuk proses pabrik kelapa sawit. Ketel dengan kapasitas 20.000 kg/jam, merupakan ketel pipa air (Water Tube Boiler) dan uapnya merupakan “Superheated Steam” dan mempunyai temperatur 260°C dan tekanan 21 kg/cm².
Pada waktu mulai mengadakan “Pengeringan (Drying Out)” ketel waktu pertama kali bahan bakar (kayu) dan chemical supaya disediakan sendiri oleh Owner.
         
Gambar 9:Stasiun Boiler
I.         Pembangkit Tenaga Listrik (Power Plant Station)
Power plant digunakan untuk pembangkit listrik yang digunakan untuk penerangan diseluruh pabrik serta untuk menjalankan mesin-mesin pengolahan di pabrik. 1 (Satu) unit Turbin kapasitas 900 KW dan 2 (dua) unit  diesel generator set 350 KW (400 KVA) dan 200 KW merupakan design yang di berikan untuk start up/shut down boiler gensetnya buatan Inggris.
 
Gambar 10 : stasiun power plant
J.        Stasiun Water Tratmant
Stasiun ini digunakan untuk mengelola air baku/waduk menjadi air yang memenuhi persyaratan untuk digunakan. Air waduk ini merupakan persyaratan pertama untuk menjalakan proses pengolahan TBS. Air dari waduk akan disaring ketempat water tratmant kemudian air akan dialirkan ke seluruh stasiun.
       
Gambar 11 : stasiun water plant

K.      Instalasi Pengolahan Air Limbah (EFLUENT TREATMENT PLANT)
Pengolahan air limbah ini adalah mengolah limbah cair untuk memenuhi baku mutu. Yang perlu diperhatikan adalah  memasang dan menyediakan cooling tower, pompa recirculation, surface aerator dan pipa-pipa dari PVC (Leaflet terlampir).
Pembuatan kolam-kolam di Effluent Treatment seperti Anaerobic Pond dan lain-lain, serta pembuatan parit-parit menjadi tanggung jawab Pemilik.
Akan ada limbah 8 (delapan) kolam yaitu masing-masing untuk :
·           Kolam Pendingin  ( Cooling Pond )
2 ( dua ) unit Kolam Pendingin yang akan berfungsi juga untuk dapat melakukan pengutipan minyak apabila terjadi kandungan minyak pada limbah tampak terlihat . Kolam pendingin dibuat dengan ukuran 22.000 mm X 22.000 mm ( pada bibir kolam atas ) dengan kedalaman 4.000 mm (finish level), dinding kolam dibuat miring 1:1 ( 45 derajat ) dan dilapisi pasangan batu ( rip–rap ) dengan ukuran batu minimal 200 mm, demikian pula untuk lantainya dibuat dengan landasan pasangan batu.
Pekerjaan penggalian tanah untuk kolam pendingin ini akan ditunjukkan lay out di site pada posisi yang kontour tanah yang tinggi supaya dapat memungkinkan proses selanjutnya dari kolam pendingin ke kolam berikutnya dengan cara aliran gravitasi. Pengeluaran limbah cair yang sudah turun temperaturnya dengan pipa HDPE diameter 300 mm dialirkan ke kolam pembiakan bakteri/mixing pond, valve yang digunakan adalah stainless steel ball valve.
·           Kolam Pembiakan Bakteri ( Mixing Pond )
3 ( tiga ) unit Kolam  Pembiakan Bakteri ( mixing pond ) dibuat dengan ukuran 22.000 mm X 22.000 mm  ( pada bibir kolam atas ) dengan kedalaman 4.000 mm ( finish level ), dinding kolam dibuat miring 1: 1 ( 45 derajat ) dan dilapisi pasangan batu ( rip–rap ) dengan ukuran batu minimal 200 mm, demikian pula untuk lantainya dibuat dengan landasan pasangan batu. Pada kolam ini pH akan terkoreksi dari 4,2 akan menjadi 5,5 s/d 6.
Hal ini dilakukan pada waktu pertama kali effluent treatment dijalankan selanjutnya menaikkan pH dapat dilakukan dengan daur ulang ( sirkulasi ) cairan yang sudah matang dimana pH-nya sudah diatas kurang lebih  6.
Elevasi tanah atas ( top level ) area kolam ini harus berbeda dengan elevasi tanah atas kolam pendingin sekurangnya 3.000 mm ( perbedaan kontour ) sehingga dapat memungkinkan aliran gravitasi . Untuk tahap pertama pabrik kapasitas 30 ton TBS per jam hanya dibuat kolam 2 unit saja, tetapi area level tanah disini dibuat untuk memungkinkan menjadi 4 kolam pada saat pengembangan kapasitas pabrik menjadi 60 ton TBS per jam.
·           Kolam Anaerobic ( Anaerobic Pond )
2 ( dua ) unit Kolam Anaerobic primer dengan bentuk bulat lingkaran, ukuran bibir atas kolam adalah 44.000 mm diameter dengan kedalaman kolam tidak kurang dari 5.000 mm.
Dinding kolam dilapisi dengan pasangan batu ukuran minmal 200 mm, kemiringan dinding adalah 1: 1 ( 45 derajat ), lantai dasar kolam dilapisi dengan pasangan batu.
Elevasi tanah atas ( top level ) area kolam ini harus berbeda dengan elevasi tanah atas kolam mixing sekurangnya adalah 3.500 mm, karena untuk dapat memungkinkan aliran proses effluent treatment dengan aliran gravitasi. Aliran gravitasi dari kolam mixing ke kolam anaerobic ini dengan menggunakan pipa HDPE diameter 300 mm dan valve jenis sounder yang digunakan.
Untuk proses sirkulasi umpan bakeri aktif ke kolam mixing ( back mixing ) dengan menggunakan pompa type centrifugal pump ( 2 unit ) dengan kapasitas minimal 40 m3 per jam, pipa yang digunakan adalah pipa HDPE diameter 152 mm.

·           Kolam Pengendapan ( contact pond )
2 ( dua ) unit Kolam pengendapan ( contact pond ) yang berfungsi untuk mengendapan solid terbawa cairan dari kolam anaerobic. Kolam ini dibuat dengan ukuran 18.000 mm X 18.000 mm dengan kedalaman 3.000 mm, dimana dinding kolam dibuat miring dan dilapisi pasangan batu (rip–rap) ukuran batu 200 mm, perbandingan kemiringan adalah 1 : 1 ( 45 derajat ).
Elevasi tanah area ini dibuat lebih rendah dari elevasi tanah area kolam anaerobic tidak kurang dari 1.500 mm, hal ini untuk pengeluaran aliran limbah yang diproses di kolam anaerobic dapat dialirkan secara overflow.
Dua unit kolam pengendap ini bekerja secara seri yaitu aliran overflow dari kolam anaerobic akan masuk dulu ke kolam pengendapan no 1 dan dari kolam pengendapan no 1 akan overflow ke kolam pengendapan no 2 . Diantara dua unit kolam ini disediakan 2 unit pompa jenis slury pump untuk digunakan mengembalikan endapan solid kembali ke kolam anaerobic.
Jenis pompa dengan kapasitas tidak kurang dari 40 m3 dan pipa yang digunakan untuk mengembalikan solid dengan pipa HDPE diameter 152 mm dan sounder valve yang digunakan.Sedangkan pengeluaran aliran cairan dari kolam pengendapan no 2 ke kolam selanjutnya dengan aliran overflow.
·           Kolam Aerasi ( areasi pond )
1 ( satu ) unit Kolam Aerasi dipakai untuk memperkaya cairan limbah dengan oksigen dan membunuh bakteri anaerob. Kolam tanah ini dibuat  dengan kedalaman tidak kurang dari 3.000 mm dan panjang 150.000  X lebar tidak kurang dari 50.000 mm, dinding kolam dibuat dengan kemiringan 1: 1 ( 45 derajat ). Untuk memperkaya pemasukan oksigen terhadap cairan limbah ini, maka di kolam ini dilengkapi dengan 3 unit Arerator system 3Kw.
Elevasi tanah area kolam ini dibuat lebih rendah dari area kolam pengendapan                       ( contact pond ), karena aliran yang diharapkan adalah dengan overflow.
·           Kolam Pelepasan
Satu ( 1 ) unit Kolam pelepasan dipakai untuk memberikan kesempatan perbaikan pH sebelum limbah dilepaskan keluar.Kolam tanah ini dibuat dangkal dengan isi 3.000 m3 dan kedalaman 2 m.Kolam ini adalah kolam terakhir dalam proses air limbah, selanjutnya cairan dibuang ke sungai dengan cara over flow, dan dilengkapi dengan basculator untuk perhitungan debit pembuangan limbah.
   
   
Gambar 12 : Pengolahan Limbah Menjadi Tanah Solid






V.                PENUTUP

A.    Kesimpulan  
Untuk memperoleh CPO yang baik dilakukan langkah-langkah yang benar sehingga mendapatkan hasil yang maximal, diantaranya adalah sortasi buah, perebusan buah, melakukan tressing, dilakukan pressing pada tandan, memisahkan cangkang dari inti ( kernel ), memisahkan minyak kasar ( klarifikasi ), menghasilkan uap ( boiler ),  pembangkitan tenaga listrik ( power plant ), pengolahan air waduk ( water tratmant ) sehingga dengan melakukan tahap-tahap tersebut dengan baik akan menghasilkan minyak CPO yang dengan kualitas yang baik.

B.   Saran 
Bahwa dalam melakukan kegiatan pengolahan buah kelapa sawit menjadi CPO harus menggunakan SEPTI atau alat pelindung agar tidak terjadi kecelakaan selama mengolah dengan menggunakan mesin sehingga untuk menimallisir kecelakaan yang terjadi dan dalam tahap pengolahan CPO yang baik hingga dapat CPO yang berkualitas/mutu yang baik untuk dipasarkan kepasar nasional atau bahkan internasional.







DAFTAR PUSTAKA

Anonym, 2014. Makalah Panen dan Pasca Panen
Cahyono, B. (1999). Usaha Tani Dan Penanganan Pasca Panen. Yogyakarta: kanisius.

Gunstone, F.D. dan F.A. Norris.  1983.  Lipids in Foods Chemistry, Biochemistry and Technology.  Pergamon Press, New York.

Hui, Y.H.  1996.  Bailey’s Industrial Oil and fat Products.  5th Edition, Vol. 1.  Edible Oil and Fat Products :  General Applications.  A Wiley-Interscience Publication, John Wiley and Sons Inc., New York.

Kader, A. A. (2002). post harvest tecnology of horticultural crops. california: university of california.

Ketaren, S.  1986.  Pengantar Teknologi  Pangan.  UI Press, Jakarta.

Kiswanto, Purwanta, Jamhari Hadi Purwanta dan bambang Wijayanto. (2008). Teknologi Budidaya Kelapa Sawit. Lampung: Balai Pengkajian Dan Pengembangan Teknologi Pertanian Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian.

M Ragis, Rio dan Hariyadi. (2008). Manajemen Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Gunung Kemasan Estate, Pt. Bersama Sejahtera Sakti, Minamas Plantation,Pulau Laut, Kalimantan Selatan.

Riniarti, Dewi dan Bambang Utoyo. (2012). Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. Malang: Wineka Media.

Risza, S. 2010. Masa Depan Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia. Kanisius. Yogyakarta.225,hal.

Sumardjo. 2010. Komunikasi organisasi p.291-309. Dalam A.V.S Hubeis (Ed). Dasar - Dasar Komunikasi. Sains KPM IPB Press. Bogor

Sudiarto, F. (2000). Dasar Pengawetan Pangan. yogyakarta: kanisius.
Panca wardanu, Adha.2009.Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit.
Pahan. I. 2008. Kelapa sawit: manajemen agribisnis dari hulu hingga hilir. Penebar swadaya. Jakarta. 411 hal.

Winarno, F.G. 1981. Fisiology Lepas Panen. Sastra Hudaya Jakarta..
Wahyudi, Roni. (2013). Panen dan Proses Panen Kelapa Sawit.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi  
        
1.      Bayu seprayogi    2. Saiful Huda    3. Firman Syah    4. Anas Rima Albeni
    
PKS Sei.Pagar Kab.Kampar Kiri PTPN V


RIWAYAT HIDUP

Firman syah lahir di Air Molek, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau. Setelah duduk dibangku sekolah dasar,tetapi sini bukan di air molek karena mengikuti orang tua(ayah) kerohil tepatnya kecamatan pasir limau kapas kabupaten rokan hilir,setelah masuk sd 027 palika(pasir limau kapas),kenaikan kelas lalu saya pindah lagi ke kec.bangko tepatnya bagansiapiapi kab. Rokan hilir saya melanjutkan sekolah saya di sd 006 dn langsung melanjutkan dari kelas 2,kemudian melanjutkan sekolah di MTS Datuk Batu Hampar bagansiapiapi dan melanjutkan lagi sekolah di SMA Muhammadiyah bagansiapiapi, Riau. Pendidikan sarjana ditempuh di Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau ( Pekanbaru ) ia mengambil jurusan agroteknologi yang berhubungan dengan budidaya tanaman yang berkaitan dengan alam hingga melakukan bisnis. Sejak di bangku SD dia suka menggambar,. Selain itu dia suka berolah raga seperti sepak bola, bola voli, badminton takraw, tetapi yang ditekuni adalah olah raga sepak bola, hingga mengikuti ajang tournamen antar kecamatan .dan posisinya adalah sayap kiri.dan ia juga salah satu juara 2 OSN(Olimpiade Sain Nasional) ditingkat kecamatan hingga sampai di tingkat kabupaten,waktu itu ia mengambil mata pelajaran kimia dan berhasil unggul dari teman-teman yang lain,dan sebagai perwakilan kab.rokan hilir yang akan ikut bertanding kepekanbaru saat itu likasinya di hotel Mutiara Merdeka pekanbaru,mengikuti kuliah di universitas islam riau banyak melakukan bercocok tanam salah satunya adalah tanaman cabai,jagung,kedele dan lain-lain selain itu diajuga ikut organisasi di fakultasnya yaitu FSI AL-IZZAH organisasi ini ialah organisasi yang banyak berkaitan dengan dakwah dan semuanya tentang islam,kenapa ia mengambil organisasi ini sebagai organisasinya,disini bukan hanya diajarkan kepintaran intelektual tetapi disini juga diajarkan ilmu agama,keperibadian,ahklak sopan santun dan lain sebagainya.alhamdulillah di FSI AL-IZZAH ini ia dipercaya sebagai ketua di organisasi ini,dan pernah mengikuti MUNAS(Musyawarah Nasional) IV IMMPERTI sebagai perwakilan dari FAPERTA UIR, di bogor tepatnya di IPB(Institut Pertanian Bogor).ia juga tergabung dalam organisasi besar indonesia yaitu IMMPERTI (Ikatan Mahasiswa Muslim Pertanian Indonesia).Dan juga ia memperoleh beasiswa dari DIKTI,dan ia juga ikut tergabung dalam organisasi besar Universitas Islam Riau yaitu ORBISI(Organisasi Bidikmisi).dan ia juga sebagai Pementor dalam kajian islam yaitu Mentoring.dan juga pernah mendapatkan sertifikat mentoring dengan nilai yang sangat bagus(A) selama mengikuti MENTORING.dan sekarang lagi mempelajari PHOTOSHOP sebagai ilmu tambahan di Universitas Islam Riau Pekanbaru.
Bayu Seprayogi lahir didesa reharjo Kabupaten Indragiri Hulu, Lirik Provinsi Riau tanggal lahir 26 September 1993. SD 011 Air Molek, kemudian melanjutkan sekolah di SMP 1 Air Lirik,  dan melanjutkan lagi sekolah di SMK N 1 Air Molek, Riau. Pendidikan sarjana ditempuh di Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau ( Pekanbaru ) ia mengambil jurusan agroteknologi yang berhubungan dengan alam. Sejak di bangku SMP dia gemar memancing dan beeternak. Ia merupakan sosok orang rajin dan penuh semangat. Waktu dibangku SMK dia sudah melakukan usaha yaitu usaha ternak ayam dan angsa, kemudian penghasilan selalu dia terima dengan keuntungan yang banyak. Selama mengikuti kuliah di universitas islam Riau dia mencoba berbagai hal yang menghasilkan ide yang bagus, seperti teknik perbanyakan tanaman, budidaya tanaman yang sangat baik pertumbuhannya.

Saiful Huda lahir di Titian Resak tanggal 25 Februari 1993, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau. Setelah duduk dibangku TK ia mekanjutkan sekolah dasar, kemudian melanjutkan sekolah di SMP N 1 Seberida dan melanjutkan lagi sekolah di SMK N1 seberida, Riau. Pendidikan sarjana ditempuh di Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau ( Pekanbaru ) ia mengambil jurusan agroteknologi yang nerhubungan dengan alam yang dibudidayakan hingga melakukan bisnis. Sejak di bangku SD dia suka menggambar, Waktu itu ia sampai mengikuti lomba menggambar antar sekolah dan memperoleh sertifikat. Selain itu dia suka berolah raga seperti sepak bola, bola voli, badminton, tetapi yang ditekuni adalah olah raga sepak bola, hingga mengikuti ajang tournamen antar kecamatan. Selama mengikuti kuliah di universitas islam riau banyak melakukan bercocok tanam salah satunya adalah tanaman hias, selain itu dia mengikuti kerohanian islam. Selama kuliah di Universitas Islam Riau, ada bidang yang diikuti atau dipelajari yaitu bidang komputer dan potografi, serta mempelajari tentang perangkat software. Selama mengasah ilmu di Universitas Islam Riau ia pun mengikuti Organisasi IPMKS                    ( Ikatan Pelajar Mahasiswa Kecamatan Seberida ) dengan jabatan sekertaris.  Usaha yang dikembangkan pada waktu itu adalah usaha ternak ikan lele dengan populasi yang besar. Usaha yang dijalankan dalam keadaan lancar dan menghasilkan ikan lele yang sangat banyak, meskipun selama melakukan usaha ia mengalami hambatan-hambatan yang hampir memutuskan semangatnya, namun ia terus berjuang dengan mencari hal bagaimana cara mengatasi hambatan tersebut dan akhirnya masalah itu bisa diatasi dengan baik.


Anas Rima Albeni lahir di desa lubuk raja,kecamatan bandar petalanganKab.Pelalawan 02 Juni 1993, Provinsi Riau.SD 007 Lubuk Keranji, kemudian melanjutkan sekolah di Mts AL-Qhosimiah Sorek 1,  dan melanjutkan lagi sekolah di SMK N 1 Pangkalan Krinci, Riau. Pendidikan sarjana ditempuh di Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau ( Pekanbaru ) ia mengambil jurusan agroteknologi yang berhubungan dengan alam. Sejak di bangku SD dia suka bermain sepak bola sebagai bek kanan. Selama mengikuti kuliah di universitas islam riau banyak melakukan bercocok tanam salah satunya adalah tanaman cabai, selain itu dia mengikuti kerohanian islam.


 































Tidak ada komentar:

Posting Komentar